> >

Netanyahu Ancam Perang Intensif Jika Gencatan Senjata dengan Hizbullah Dilanggar

Kompas dunia | 29 November 2024, 18:34 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang kini menjadi buron Mahkamah Pidana Internasional berbicara dalam sidang parlemen Israel di Yerusalem, Senin (18/11/2024). (Sumber: Ohad Zwigenberg/Associated Press)

JERUSALEM, KOMPAS.TV — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan melancarkan perang intensif jika Hizbullah melanggar gencatan senjata yang mulai berlaku di Lebanon. Kesepakatan gencatan senjata ini, yang memasuki hari kedua pada Kamis (28/11/2024), terus diuji oleh ketegangan di lapangan.

Dalam wawancara dengan stasiun televisi Channel 14, Netanyahu menyatakan telah memberikan instruksi kepada militer Israel untuk merespons setiap pelanggaran gencatan senjata dengan kekuatan penuh. 

"Jika diperlukan, saya sudah memerintahkan (militer Israel) untuk melancarkan perang intensif," ujarnya dikutip dari NDTV.

Pasukan Lebanon mulai dikerahkan di wilayah selatan pada Kamis, sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat dan Prancis. 

Berdasarkan perjanjian itu, tentara Lebanon dan penjaga perdamaian PBB menjadi satu-satunya pihak bersenjata yang diizinkan berada di wilayah tersebut.

Namun, hingga kini, militer Israel masih menempati beberapa posisi di Lebanon selatan. Kedua belah pihak juga meminta warga desa di dekat garis depan untuk tidak segera kembali ke rumah masing-masing demi alasan keamanan.

Di sisi lain, Hizbullah menyatakan akan tetap bersiaga penuh meski menghormati gencatan senjata. 

Anggota parlemen Hizbullah, Hassan Fadlallah, mengatakan kelompoknya mendukung penggelaran pasukan Lebanon di selatan.

Baca Juga: Warga Berbondong-Bondong Pulang ke Lebanon Selatan usai Gencatan Senjata Israel dan Hizbullah

Pemulihan Pasca-Perang

Meskipun perang dinyatakan berakhir, Lebanon menghadapi tantangan besar dalam proses pemulihan. 

Puluhan ribu warga yang sebelumnya mengungsi kini kembali ke rumah mereka, namun sebagian besar menemukan kehancuran.

"Meski semua hancur, kami tetap bahagia bisa pulang," ujar Umm Mohammed Bzeih, seorang janda yang kembali ke desanya di Zibqin bersama empat anaknya. 

"Rasanya seperti jiwa kami kembali," imbuhnya.

Di desa perbatasan Qlayaa, suasana lebih optimistis. Warga menyambut kedatangan tentara Lebanon dengan tepuk tangan dan sorakan. 

"Kami hanya ingin tentara Lebanon," teriak mereka sambil melambaikan bendera negara.

Meski sebagian besar gencatan senjata terlihat bertahan, skeptisisme tetap ada. Di Nahariya, kota pesisir Israel dekat perbatasan, seorang warga bernama Nissim Ravivo mengungkapkan kekecewaannya terhadap kesepakatan ini.

"Sayang sekali. Seharusnya kita lanjutkan dua bulan lagi dan menyelesaikan semuanya," katanya.

Sejak Oktober 2023, konflik ini telah menewaskan sedikitnya 3.961 orang di Lebanon, sebagian besar dalam beberapa pekan terakhir. Di Israel, 82 tentara dan 47 warga sipil menjadi korban. 

Baca Juga: Usai Israel-Hizbullah, Erdogan Dorong Gencatan Senjata Israel dan Hamas!

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Iman-Firdaus

Sumber : NDTV


TERBARU