> >

Batal Pensiun dari Politik, Eks Presiden Filipina Rodrigo Duterte Calonkan Diri Jadi Wali Kota Davao

Kompas dunia | 7 Oktober 2024, 20:31 WIB
Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte saat menghadiri rapat bersama para pejabat kabinetnya di istana kepresidenan Malacanang, Manila, Selasa (24/5/2022). Rodrigo kembali maju ke gelanggang politik dengan mencalonkan diri sebagai Walikota Davao. (Sumber: Valerie Escalera/Divisi Fotografi Istana Kepresidenan Malacanang via AP)

MANILA, KOMPAS.TV — Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada hari Senin (7/10/20254) mendaftar untuk mencalonkan diri sebagai wali kota di kota asalnya, Davao. 

Rodrigo, 79 tahun, menyerahkan berkas pendaftarannya ke Komisi Pemilihan Umum di Kota Davao, di mana ia pernah menjadi wali kota sekitar dua dekade sebelum akhirnya menjadi Presiden Filipina pada 2016.

Selain itu, putranya yang bernama Sebastian Duterte akan dicalonkan menjadi wakilnya. Saat ini, Sebastian merupakan wali kota petahana di Kota Davao.

Ketika masa jabatan Presiden Duterte yang penuh gejolak berakhir pada tahun 2022, ia mengatakan akan pensiun dari dunia politik. Namun demikian, ia telah menarik kembali pernyataan tersebut sebanyak beberapa kali.

Baca Juga: Manila Tegaskan Rudal AS Tetap di Berada di Filipina Utara meski China Kesal

Duterte masih tetap populer setelah mengundurkan diri dari kursi kepresidenan, namun kelompok hak asasi manusia dan lawan politiknya kemungkinan akan berkampanye keras untuk menghalanginya kembali ke dunia politik. 

Ia dan keluarganya juga berselisih dengan penggantinya sebagai Presiden Filipina, Presiden Ferdinand Marcos Jr., yang secara terbuka ia cerca sebagai pemimpin yang lemah dan pecandu narkoba.

Marcos menertawakan tuduhan Rodrigo dan membalas cercaan itu dengan menyebut bahwa Rodrigo adalah pengguna fentanil dan opioid yang kuat.

Seperti dikutip dari The Associated Press, dalam masa kepemimpinan Rodrigo Duterte, sebanyak 6.000 orang telah tewas dalam tindakan keras yang diberlakukan polisi dalam kasus narkoba. Sebagian besar orang yang tewas merupakan tersangka kasus narkoba yang miskin.

Namun kelompok hak asasi manusia mengatakan jumlah korban tewas sebenarnya jauh lebih tinggi. Dan mereka berpendapat, seharusnya pemerintah juga menghitung jumlah orang yang tewas dalam kasus pembunuhan oleh orang-orang bersenjata yang mengendarai sepeda motor, yang hingga kini kasusnya belum selesai.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Vyara-Lestari

Sumber : The Associated Press


TERBARU