> >

Satu Tahun Genosida di Gaza: Dukungan Politik dan Militer AS serta Sekutunya Bagi Genosida di Gaza

Kompas dunia | 6 Oktober 2024, 19:00 WIB
Foto arsip. Kaki-kaki mungil jenazah anak-anak Palestina yang tewas dalam pemboman Israel di Jalur Gaza tergeletak di tanah di Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir Al-Balah, Minggu, 22 Oktober 2023. (Sumber: AP Photo/Hatem Moussa)

ANKARA, KOMPAS TV – Israel terus melakukan genosida terhadap Gaza sejak 7 Oktober 2023, dengan dukungan politik dan militer yang kuat dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa.

Dalam laporan yang dirilis Anadolu, Sabtu (5/10/2024), terungkap berbagai informasi mengenai dukungan yang diberikan kepada Israel oleh negara-negara Barat, khususnya AS dan sekutunya sejak 7 Oktober tahun lalu itu.

Dukungan Politik AS dan Barat untuk Genosida atas Warga Arab di Gaza

Negara-negara Barat, terutama AS, Inggris, Jerman, Prancis, dan Italia, menyatakan mereka akan mendukung Israel dalam upaya membela diri dan rakyatnya setelah serangan perdana Oktober 2023 silam.

Negara-negara ini, terutama AS dan Inggris, menegaskan Israel memiliki hak untuk membela diri dan berjanji untuk memberikan segala bentuk bantuan yang diperlukan.

Pada 18 Oktober 2023, AS memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB (UNSC) yang menyerukan jeda dalam permusuhan untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Hal serupa terjadi pada 25 Oktober masih di tahun yang sama ketika dua rancangan resolusi terpisah yang diajukan oleh AS dan Rusia mengenai perkembangan konflik Israel-Palestina saling diveto.

Selama periode ini, tidak ada satu pun negara Barat yang mengutuk serangan Israel ke Gaza, serta tidak ada seruan tegas untuk gencatan senjata di Gaza dalam waktu lama. Dalam konteks ini, AS kembali memveto rancangan resolusi UNSC pada 8 Desember yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan yang mendesak di Gaza.

Baca Juga: Netanyahu Ngamuk ke Macron, Sebut Seruan Embargo Senjata ke Israel Memalukan

Rancangan resolusi yang diajukan oleh Mesir dan didukung oleh sekitar 100 negara, termasuk Turki, dalam Sidang Darurat Khusus Palestina yang diadakan di Majelis Umum PBB pada 13 Desember, disetujui dengan 153 suara setuju dan 10 suara menolak.

Negara-negara yang menolak resolusi tersebut adalah Austria, Republik Ceko, Guatemala, Israel, Liberia, Mikronesia, Nauru, Papua Nugini, Paraguay, dan AS.

Rancangan resolusi yang menyerukan gencatan senjata darurat di Gaza selama bulan Ramadhan, yang diharapkan berubah menjadi gencatan senjata permanen dan berkelanjutan, diterima oleh UNSC pada 25 Maret meskipun serangan Israel terus berlanjut sejak 7 Oktober.

Rancangan resolusi yang disusun oleh anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang terdiri dari 15 negara, termasuk Aljazair, Ekuador, Guyana, Jepang, Malta, Mozambik, Korea Selatan, Sierra Leone, Slovenia, dan Swiss, disetujui dengan 14 suara setuju dan 1 suara abstain. Amerika Serikat abstain.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, telah melakukan tur Timur Tengah sebanyak 10 kali sejak 7 Oktober 2023, dengan mengunjungi Israel dalam 9 kunjungan tersebut serta beberapa negara regional lainnya.

Baca Juga: Satu Tahun Genosida di Gaza dan Kegagalan Strategis Militer Israel

Seorang ibu Palestina di Rafah memeluk jenazah anaknya yang tewas dibom Israel hari Senin, 6/5/2024. (Sumber: AP Photo)

Puluhan Ribu Warga Gaza Jadi Korban Genosida Israel, Amerika Serikat dan Sekutu Bungkam

Selain AS yang tidak mengutuk Israel, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan pidato selama satu jam di Kongres AS pada 24 Juli 2024. Meskipun ada beberapa anggota Kongres yang memprotes dan mengutuknya, Netanyahu menerima sambutan hangat dari banyak anggota Kongres.

Kanselir Jerman Olaf Scholz juga menggambarkan Israel sebagai negara demokratis dengan prinsip kemanusiaan.

“Inilah mengapa Anda bisa yakin bahwa tentara Israel akan mematuhi aturan hukum internasional dalam setiap tindakannya. Saya tidak meragukan itu,” ujarnya.

Dalam pidatonya di Bundestag, Scholz menekankan solidaritas mereka dengan Israel tidak terbatas pada kata-kata.

"Saya telah meminta Perdana Menteri Netanyahu untuk tetap berkomunikasi dekat dan memberi tahu kami jika ada kebutuhan dukungan. Kami akan segera meninjau dan memenuhi setiap permintaan dukungan dari Israel."

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock juga menyatakan bahwa mereka akan memberikan segala dukungan yang diperlukan Israel.

Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa mereka akan selalu memberikan dukungan tanpa syarat kepada Israel.

Von der Leyen, salah satu pemimpin pertama yang melakukan kunjungan “dukungan” ke Israel setelah 7 Oktober 2023, selalu menekankan hak Israel untuk membela diri meskipun ada korban sipil.

Dukungan tanpa syarat dari von der Leyen kepada pemerintah Netanyahu telah membuat beberapa anggota parlemen mengkritiknya atas genosida di Gaza. Von der Leyen juga menjadi sasaran banyak protes terkait serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza.

Baca Juga: Qatar Sebut Israel Lakukan Genosida Kolektif di Timur Tengah, Serukan Implementasi Solusi Dua Negara

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Anadolu


TERBARU