Indonesia Serukan Kepemimpinan Tanpa Hegemoni di Sidang Majelis Umum PBB ke-79
Kompas dunia | 29 September 2024, 22:05 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menyerukan pentingnya "kepemimpinan tanpa hegemoni" dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Hal itu dia sampaikan saat berpidato dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-79, Sabtu (28/9/2024).
Retno menekankan posisi Indonesia sebagai negara yang selalu membela kepentingan negara-negara Selatan, terutama Palestina, dan mengutuk tindakan Israel yang terus melanggar hukum internasional.
Indonesia Tegas Mendukung Palestina
Dalam pidatonya, Retno menyampaikan, Indonesia tidak akan tinggal diam terhadap ketidakadilan yang terus dialami oleh rakyat Palestina.
Ia menyebutkan, lebih dari 41 ribu orang di Gaza telah tewas, dan situasi di Tepi Barat serta Lebanon semakin memburuk.
Baca Juga: Pembunuhan Hassan Nasrallah dan Dampaknya terhadap Situasi Timur Tengah serta Hizbullah
"Apakah itu belum cukup?" tegas Retno, mengkritik Dewan Keamanan PBB yang dianggap lambat bertindak terhadap kekejaman yang dilakukan oleh Israel.
Dia juga menanggapi pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebut Israel "menginginkan perdamaian."
Retno dengan tegas meragukan hal tersebut, dengan menunjukkan fakta bahwa pada saat Netanyahu berbicara, serangan udara besar-besaran terjadi di Beirut.
"Perdana Menteri Netanyahu ingin perang terus berlanjut," kata Retno, dikutip dari keterangan Kementerian Luar Negeri RI.
"Kita harus menghentikan ini."
Seruan untuk Mengakui Palestina Merdeka dan Berdaulat
Retno Marsudi kembali menyerukan kepada negara-negara yang belum mengakui Palestina sebagai negara berdaulat, untuk segera melakukannya.
Menurutnya, pengakuan tersebut adalah langkah paling dasar yang dapat dilakukan untuk memberikan Palestina kedudukan yang setara di panggung dunia dan menekan Israel agar menghentikan tindakan brutalnya.
Ia menekankan, pengakuan Palestina hari ini adalah investasi untuk dunia yang lebih damai, adil, dan manusiawi di masa depan.
Indonesia juga mendesak anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk bertindak nyata menghentikan Israel yang terus-menerus melanggar hukum internasional.
Menlu Retno mengatakan mandat Dewan Keamanan adalah menciptakan perdamaian, bukan mendukung pelaku kekejaman.
"Tidak bertindak sama dengan bersekongkol," katanya.
Baca Juga: Menlu Retno Sindir Netanyahu di Sidang Umum PBB: Bagaimana Kita Percaya Israel Mendamba Perdamaian?
Tiga Prioritas untuk Dunia yang Lebih Baik
Retno menggarisbawahi tiga prioritas utama yang harus dijalankan dunia untuk mencapai masa depan yang lebih baik:
- Perdamaian melalui kepemimpinan inklusif, yang mencakup reformasi sistem multilateral agar lebih mendengar suara berbagai negara dan mengambil keputusan tepat waktu demi kebaikan bersama.
- Masa depan yang tangguh untuk kemakmuran bersama, dengan menekankan pentingnya kerja sama global untuk menghadapi tantangan seperti pandemi dan perubahan iklim.
- Membangun jembatan untuk kolaborasi global, menolak mentalitas "menang kalah" dan mendukung semangat solidaritas global.
Retno menyebut ASEAN sebagai contoh nyata bagaimana keberagaman bisa berdampingan dengan stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran.
Dia mengatakan Indonesia terus bekerja dengan ASEAN untuk memulihkan perdamaian di Myanmar dan memastikan kembalinya warga Rohingya secara aman dan bermartabat.
Di akhir pidatonya, Menlu Retno mengumumkan pencalonan Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2029-2030.
Ia menegaskan, komitmen Indonesia terhadap perdamaian dan keamanan global akan terus dijaga oleh pemerintahan yang akan datang.
"Kepemimpinan tidak diwariskan, dan tidak jatuh dari langit. Itu harus diperjuangkan," ujar Retno, menutup pidatonya dengan seruan untuk bersama-sama membangun warisan perdamaian bagi generasi mendatang.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kemlu RI