Terapi Kejut Fiskal Bikin Tingkat Kemiskinan Argentina Jadi 53%, IMF dan Investor Menyambut Gembira
Kompas dunia | 27 September 2024, 11:45 WIBBUENOS AIRES, KOMPAS TV — Tingkat kemiskinan di Argentina melonjak tajam dari 42% menjadi 53% dalam enam bulan pertama masa kepemimpinan Presiden Javier Milei.
Data resmi yang dirilis hari Kamis, 26 September 2024 ini menunjukkan bagaimana kebijakan austerity yang diterapkan pemerintahan baru telah mengubrak-abrik peta sosial-ekonomi Argentina, dengan dampak yang paling parah sejak krisis ekonomi besar pada tahun 2003.
Terapi kejut fiskal yang diadopsi Milei, termasuk pemotongan subsidi dan devaluasi mata uang, membawa Argentina ke dalam resesi yang mendalam. Meski begitu, IMF dan para investor asing menyambut gembira kebijakan kontroversial ini.
Argentina berutang sekitar $43 miliar (Rp670 triliun) kepada IMF, dan lembaga tersebut memuji reformasi Milei karena telah menurunkan inflasi bulanan dari 25,5% pada Desember lalu menjadi 4,2% dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, inflasi tahunan Argentina, yang kini berada di atas 230%, tetap menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.
Baca Juga: Argentina Rusuh Usai Upaya Pemotongan Anggaran Negara oleh Presiden Javier Milei, Bak Medan Perang
Kebijakan Penghematan yang Memukul Ekonomi
Menjelang pengumuman laporan kemiskinan, juru bicara Milei, Manuel Adorni, berusaha meredam reaksi negatif dengan menyatakan bahwa pemerintahan baru mewarisi kondisi ekonomi yang “katastrofik” atau hancur-hancuran.
Dia mengkritik belanja berlebihan selama beberapa dekade oleh pemerintahan Peronis yang sebelumnya memimpin, yang menurutnya menyebabkan inflasi kronis. "Mereka meninggalkan negara ini di ambang kejatuhan ekonomi di mana hampir seluruh penduduknya hidup dalam kemiskinan," kata Adorni.
Berbeda dengan pemerintahan populis sebelumnya yang mempertahankan tingkat konsumsi tinggi meskipun defisit anggaran besar, Milei mengambil langkah drastis dengan mencabut kontrol harga, memotong subsidi energi dan transportasi, serta mendevaluasi peso sebesar 54% pada Desember 2023.
Kebijakan-kebijakan ini menyebabkan kontraksi tajam dalam daya beli masyarakat dan menyeret ekonomi lebih dalam ke jurang resesi.
Milei, seorang ekonom sayap kanan yang berjanji akan mengendalikan inflasi yang mencekik ekonomi Argentina, bertaruh bahwa jika pemerintahannya dapat terus menurunkan harga, pertumbuhan ekonomi akan kembali dan memicu pemulihan besar-besaran.
Meskipun demikian, para ekonom memperingatkan bahwa bulan-bulan mendatang akan sangat sulit. Meski inflasi sempat turun, inflasi bulanan tetap stabil di sekitar 4% sejak Juli.
Kebijakan penghematan Milei telah membantu menurunkan inflasi tahunan dari puncak hampir 300% pada April lalu. Proposal anggaran pemerintahannya memproyeksikan inflasi tahunan turun menjadi 122,9% pada akhir tahun ini.
Proposal anggaran Milei untuk 2025 menargetkan surplus fiskal lebih dari 1,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut. Untuk mencapai target ini, pemotongan anggaran lebih lanjut akan diperlukan, meskipun seruan untuk melanjutkan proyek-proyek publik yang dibekukan serta meningkatkan pensiun dan upah semakin kuat.
Baca Juga: Sosok Javier Milei Presiden Argentina, Wong Edan yang Ingin Tutup Bank Sentral dan Bebaskan Senjata
Jaring Pengaman yang Menipis
Dari jutaan orang yang tidak mampu melewati batas kemiskinan resmi Argentina sekitar $950 (Rp15 juta) per bulan untuk keluarga beranggotakan empat orang, semakin banyak yang jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem. Laporan kemiskinan yang dirilis Kamis menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan ekstrem di Argentina meningkat menjadi 18,1% selama enam bulan pertama pemerintahan Milei, dari 11,9% pada semester kedua 2023.
Salah satu yang terdampak adalah Rocío Costa, seorang perempuan berusia 32 tahun yang mengatakan bahwa harga-harga yang terus meroket telah mengikis pendapatan keluarganya yang hanya Rp6 juta per bulan. Barang-barang yang dulunya bisa mereka nikmati seperti cat rambut, minuman ringan, dan pizza kini sudah lama tidak terjangkau.
Pada bulan Juli, Costa terhenyak bahwa dia tidak punya cukup uang untuk membeli popok bagi bayi empat bulannya sekaligus menyediakan makan malam untuk keluarganya yang beranggotakan lima orang.
“Bahkan sebungkus mie pun tidak ada, tidak ada apa-apa,” kata Costa dari rumahnya di Buenos Aires. “Pemerintahan Milei benar-benar menghancurkan hidupku.”
Putus asa, Costa beralih meminta bantuan dari teman-teman dan relawan, dan akhirnya dia berhasil mendapatkan popok di pusat bantuan sosial serta sepatu bekas seharga Rp15 ribu untuk anak perempuannya di paroki setempat. “Kami hanya menambal lubang-lubang yang ada,” ujarnya.
Baca Juga: Argentina Ambruk, Angka Kemiskinan Capai 57,4% Bulan Januari, Tertinggi dalam 20 Tahun Terakhir
Krisis Pekerjaan
Inflasi yang tidak terkendali, bahkan mengejutkan bagi warga Argentina yang telah terbiasa dengan inflasi tahunan di atas 50%, memaksa banyak warga kelas menengah untuk mengurangi pengeluaran dan menguras tabungan.
Ekonomi telah berkontraksi sebesar 3% sejauh tahun ini. Survei pemerintah mengungkapkan bahwa baik pasar kerja informal maupun formal di Argentina telah kehilangan ratusan ribu pekerjaan sejak Milei menjabat.
Hal ini membuat semakin banyak kelas menengah yang berisiko jatuh ke dalam kemiskinan. “Saya bagian dari kelas menengah Argentina yang hilang,” kata Leonardo Constantino, pria berusia 48 tahun yang kehilangan pekerjaannya enam tahun lalu.
Sebelumnya, dia punya gaji tetap bekerja di restoran dan bisa bermain padel, olahraga raket Argentina yang populer, dengan teman-temannya kapan saja. Namun, setelah berjuang selama bertahun-tahun untuk mendapatkan pekerjaan baru, sekarang dia bekerja sebagai penjaga malam akhir pekan dengan penghasilan hanya Rp2,5 juta per bulan.
Beberapa bulan yang lalu, dia harus menyerah pada hobinya bermain padel. Biaya sewa lapangan sebesar Rp90 ribu per sesi menjadi terlalu mahal baginya.
Baca Juga: Sosok Javier Milei Presiden Argentina, Wong Edan yang Ingin Tutup Bank Sentral dan Bebaskan Senjata
Tagihan Selangit
Selama beberapa dekade, warga Argentina berpenghasilan rendah mengandalkan subsidi pemerintah dan transfer tunai untuk menutupi biaya hidup yang terus meningkat. Namun, setelah Milei mencabut subsidi untuk memangkas defisit, tagihan utilitas melonjak hingga lebih dari 200% bagi banyak orang.
Bagi Sofia Gonzalez Figueroa, ibu tunggal berusia 36 tahun, yang tahun lalu hanya membayar Rp150 ribu per bulan untuk listrik, rasa sakit dari kebijakan austerity Milei langsung terasa. Tagihan listriknya melonjak hingga 830%. Untuk bertahan, Gonzalez Figueroa harus melakukan barter pakaian untuk mendapatkan sampo dan kebutuhan lain, serta mengandalkan program bantuan keluarga dari pemerintah untuk membeli bahan makanan. “Tidak banyak, tapi setidaknya membantu,” katanya.
Lapar tapi Disabar-sabarin
Débora Galluccio, seorang ahli hukum berusia 48 tahun yang kehilangan pekerjaannya di Kongres pada pemerintahan sebelumnya, mengalami peralihan drastis dari makan di restoran menjadi bergantung pada dapur umum dalam waktu kurang dari setahun. “Ini sulit, tapi kami bertahan sebaik mungkin,” ujarnya sambil menikmati sup dari lembaga amal setempat. Meskipun sulit, Galluccio merasa beruntung masih bisa tinggal di apartemen yang diwariskan oleh pasangannya.
Seperti banyak warga Argentina lainnya, Galluccio menyadari bahwa rasa sakit dari reformasi ekonomi Milei adalah langkah yang tak terhindarkan menuju kemakmuran. Jenuh dengan generasi krisis yang disebabkan oleh pemerintah populis kiri, Galluccio memberikan kesempatan kepada Milei, sosok radikal yang membawa reformasi besar.
“Dalam delapan bulan, dia tidak bisa memperbaiki kekacauan yang dibuat dalam 20 tahun,” kata Galluccio.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press / Kompas TV