> >

Terapi Kejut Fiskal Bikin Tingkat Kemiskinan Argentina Jadi 53%, IMF dan Investor Menyambut Gembira

Kompas dunia | 27 September 2024, 11:45 WIB
Seorang lelaki tua berhenti sejenak untuk merokok sambil memilah-milah sampah di tempat pembuangan sampah untuk mencari bahan-bahan yang akan dijual di Lujan, Argentina, Kamis, 29 Agustus 2024. (Sumber: AP Photo)

Salah satu yang terdampak adalah Rocío Costa, seorang perempuan berusia 32 tahun yang mengatakan bahwa harga-harga yang terus meroket telah mengikis pendapatan keluarganya yang hanya Rp6 juta per bulan. Barang-barang yang dulunya bisa mereka nikmati seperti cat rambut, minuman ringan, dan pizza kini sudah lama tidak terjangkau.

Pada bulan Juli, Costa terhenyak bahwa dia tidak punya cukup uang untuk membeli popok bagi bayi empat bulannya sekaligus menyediakan makan malam untuk keluarganya yang beranggotakan lima orang.

“Bahkan sebungkus mie pun tidak ada, tidak ada apa-apa,” kata Costa dari rumahnya di Buenos Aires. “Pemerintahan Milei benar-benar menghancurkan hidupku.”

Putus asa, Costa beralih meminta bantuan dari teman-teman dan relawan, dan akhirnya dia berhasil mendapatkan popok di pusat bantuan sosial serta sepatu bekas seharga Rp15 ribu untuk anak perempuannya di paroki setempat. “Kami hanya menambal lubang-lubang yang ada,” ujarnya.

Baca Juga: Argentina Ambruk, Angka Kemiskinan Capai 57,4% Bulan Januari, Tertinggi dalam 20 Tahun Terakhir

Seorang anak menyantap makanan hangat gratis di pinggir dapur umum di pinggiran Buenos Aires, Argentina, Kamis, 12 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Krisis Pekerjaan

Inflasi yang tidak terkendali, bahkan mengejutkan bagi warga Argentina yang telah terbiasa dengan inflasi tahunan di atas 50%, memaksa banyak warga kelas menengah untuk mengurangi pengeluaran dan menguras tabungan.

Ekonomi telah berkontraksi sebesar 3% sejauh tahun ini. Survei pemerintah mengungkapkan bahwa baik pasar kerja informal maupun formal di Argentina telah kehilangan ratusan ribu pekerjaan sejak Milei menjabat.

Hal ini membuat semakin banyak kelas menengah yang berisiko jatuh ke dalam kemiskinan. “Saya bagian dari kelas menengah Argentina yang hilang,” kata Leonardo Constantino, pria berusia 48 tahun yang kehilangan pekerjaannya enam tahun lalu.

Sebelumnya, dia punya gaji tetap bekerja di restoran dan bisa bermain padel, olahraga raket Argentina yang populer, dengan teman-temannya kapan saja. Namun, setelah berjuang selama bertahun-tahun untuk mendapatkan pekerjaan baru, sekarang dia bekerja sebagai penjaga malam akhir pekan dengan penghasilan hanya Rp2,5 juta per bulan.

Beberapa bulan yang lalu, dia harus menyerah pada hobinya bermain padel. Biaya sewa lapangan sebesar Rp90 ribu per sesi menjadi terlalu mahal baginya.

Baca Juga: Sosok Javier Milei Presiden Argentina, Wong Edan yang Ingin Tutup Bank Sentral dan Bebaskan Senjata

Eduardo Escoz berdoa di sebuah gereja di pinggiran Buenos Aires, Argentina, Kamis, 12 September 2024. Escoz mengatakan ia membayar sekitar $50 per bulan untuk kamar yang ia tempati bersama dua orang lainnya. (Sumber: AP Photo)

Tagihan Selangit

Selama beberapa dekade, warga Argentina berpenghasilan rendah mengandalkan subsidi pemerintah dan transfer tunai untuk menutupi biaya hidup yang terus meningkat. Namun, setelah Milei mencabut subsidi untuk memangkas defisit, tagihan utilitas melonjak hingga lebih dari 200% bagi banyak orang.

Bagi Sofia Gonzalez Figueroa, ibu tunggal berusia 36 tahun, yang tahun lalu hanya membayar Rp150 ribu per bulan untuk listrik, rasa sakit dari kebijakan austerity Milei langsung terasa. Tagihan listriknya melonjak hingga 830%. Untuk bertahan, Gonzalez Figueroa harus melakukan barter pakaian untuk mendapatkan sampo dan kebutuhan lain, serta mengandalkan program bantuan keluarga dari pemerintah untuk membeli bahan makanan. “Tidak banyak, tapi setidaknya membantu,” katanya.

Lapar tapi Disabar-sabarin

Débora Galluccio, seorang ahli hukum berusia 48 tahun yang kehilangan pekerjaannya di Kongres pada pemerintahan sebelumnya, mengalami peralihan drastis dari makan di restoran menjadi bergantung pada dapur umum dalam waktu kurang dari setahun. “Ini sulit, tapi kami bertahan sebaik mungkin,” ujarnya sambil menikmati sup dari lembaga amal setempat. Meskipun sulit, Galluccio merasa beruntung masih bisa tinggal di apartemen yang diwariskan oleh pasangannya.

Seperti banyak warga Argentina lainnya, Galluccio menyadari bahwa rasa sakit dari reformasi ekonomi Milei adalah langkah yang tak terhindarkan menuju kemakmuran. Jenuh dengan generasi krisis yang disebabkan oleh pemerintah populis kiri, Galluccio memberikan kesempatan kepada Milei, sosok radikal yang membawa reformasi besar.

“Dalam delapan bulan, dia tidak bisa memperbaiki kekacauan yang dibuat dalam 20 tahun,” kata Galluccio.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press / Kompas TV


TERBARU