Rekap Kunjungan Paus Fransiskus di Asia-Pasifik termasuk saat di Indonesia, Ajarkan Kesederhanaan
Kompas dunia | 15 September 2024, 22:00 WIBDILI, KOMPAS TV – Di usia 87 tahun, dengan kondisi lutut yang lemah dan tubuh membungkuk karena skiatika, Paus Fransiskus melakukan perjalanan terjauh selama masa kepausannya, salah satu yang paling panjang dalam hal waktu dan jarak tempuh.
Namun, meskipun kondisinya tampak memprihatinkan, Paus Fransiskus terlihat menikmati setiap momen dalam lawatan bersejarahnya ke Asia, termasuk Indonesia, seperti laporan Associated Press, Minggu (15/9/2024).
Di Taman Tasitolu, Timor Leste, setengah dari populasi negara tersebut berkumpul menyambut Paus. Dengan semangat yang luar biasa, Paus Fransiskus tidak hanya memimpin Misa di hadapan sekitar 600.000 orang, tetapi juga tetap berkeliling dengan popemobile hingga larut malam, meskipun panas dan lembap mengubah taman tersebut menjadi semacam sauna alami.
Sebagian besar wartawan sudah kembali ke hotel mereka untuk menyaksikan Misa melalui televisi, namun Paus tetap bersemangat, menunjukkan bahwa meskipun usianya telah lanjut, ia masih memiliki kemampuan dan semangat untuk menjalankan tugas-tugas keagamaan dengan antusias.
Momen ini menjadi bukti nyata bahwa meski dihantui oleh berbagai penyakit, Paus Fransiskus masih bisa memimpin dan memukau massa seperti di awal masa kepausannya.
Paus juga menyoroti betapa pentingnya peran anak-anak dalam masyarakat.
“Bangsa yang mengajarkan anak-anaknya untuk tersenyum adalah bangsa yang memiliki masa depan,” kata Paus kepada kerumunan besar di Timor Leste.
Komentarnya ini sangat relevan mengingat Paus sering menekankan pentingnya keluarga dan anak-anak dalam ajaran Katolik.
Baca Juga: Setengah Rakyat Timor Leste Hadiri Misa Paus Fransiskus: Ini Perbandingan dengan Misa Paus Lainnya
Perjalanan Panjang Melintasi Asia
Selama 11 hari, Paus Fransiskus mengunjungi Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura, dengan total jarak tempuh hampir 33.000 kilometer. Perjalanan yang awalnya direncanakan pada 2020 ini tertunda akibat pandemi Covid-19. Namun, setelah empat tahun dan beberapa kali dirawat di rumah sakit karena masalah usus dan paru-paru, Paus akhirnya berhasil mewujudkan kunjungannya.
Perjalanan ini juga menjadi kesempatan bagi Paus untuk keluar dari Vatikan dan menjauh dari rutinitas kepemimpinan yang penuh tekanan, terutama setelah sebelumnya ia mengalami serangan bronkitis yang cukup serius.
Paus Fransiskus biasanya sangat patuh pada protokol ketika bertemu kepala negara, namun ketika ia bertemu dengan umat, terutama anak muda dan para imam, ia sering meninggalkan teks pidatonya dan berbicara spontan dari hati. Hal ini membuat para penerjemahnya khawatir, namun jelas bahwa Paus merasa lebih hidup ketika berinteraksi langsung dengan umat.
Baca Juga: Paus Fransiskus Kecam Kematian Anak-Anak Palestina dalam Serangan Israel di Gaza
Pesan untuk Indonesia dan Papua Nugini
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press / Kompas TV