Dua Kali Divonis Penjara, Pembunuh Rusia Kembali Dibebaskan dan Direkrut untuk Bertempur di Ukraina
Kompas dunia | 27 Agustus 2024, 21:17 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Ivan Rossomakhin, seorang narapidana di Rusia yang sebelumnya telah dihukum atas kasus pembunuhan, kembali dibebaskan dari penjara untuk kedua kalinya guna bertempur di medan perang Ukraina.
Pembebasan ini terjadi meskipun ia baru saja menjalani hukuman atas kejahatan brutal yang dilakukannya terhadap seorang perempuan tua di kampung halamannya.
Dilansir dari The Moscow Times, Rossomakhin sebelumnya menjalani hukuman 14 tahun penjara atas kasus pembunuhan.
Pada tahun 2022, ia pertama kali dibebaskan untuk bergabung dengan kelompok tentara bayaran Wagner, yang aktif dalam perang Rusia di Ukraina.
Pembebasan ini merupakan bagian dari praktik rekrutmen narapidana untuk dijadikan tentara, yang dipelopori oleh Wagner.
Namun, setelah kembali dari medan perang, Rossomakhin melakukan tindakan kriminal lagi. Ia menyerang dan membunuh Yulia Byuskikh, seorang perempuan berusia 85 tahun, di rumahnya di Vyatskiye Polyany, wilayah Kirov, Rusia.
Kejahatan ini melibatkan kebrutalan luar biasa, di mana ia juga memperkosa korban sebelum membunuhnya.
Pada bulan April 2023, Rossomakhin dinyatakan bersalah atas pemerkosaan dan pembunuhan Yulia. Ia lantas dijatuhi hukuman 22 tahun penjara, yang kemudian diperpanjang menjadi 23 tahun oleh pengadilan.
Baca Juga: Pentagon Sebut Rezim Kim Jong-un Terlibat Invasi Rusia ke Ukraina
Namun, hanya seminggu setelah mulai menjalani hukuman tersebut, pada 19 Agustus 2023, ia kembali dibebaskan untuk bertempur di Ukraina.
Pembebasan ini dilakukan berdasarkan undang-undang baru di Rusia yang memungkinkan narapidana dibebaskan untuk bertugas di militer.
Undang-undang tersebut memungkinkan penangguhan hukuman selama mereka bertugas di medan perang, dan beberapa bahkan dapat menerima pengampunan penuh jika mereka dianggap berjasa di medan perang.
Keluarga korban, terutama cucu Yulia, Anna Pekareva, menyatakan kemarahan dan ketakutannya atas keputusan ini.
Anna menyebut bahwa pembebasan Rossomakhin untuk kedua kalinya adalah tindakan yang sangat mengerikan dan tidak dapat diterima.
"Pembunuh nenek saya telah lolos dari hukuman lagi dan pergi untuk berperang," ujarnya dikutip dari BBC.
"Reaksi pertama saya adalah ketakutan. Saya membaca laporan forensik dan saya tahu apa yang orang ini lakukan terhadap nenek saya. Sangat mengerikan bahwa dia dibebaskan lagi."
"Fakta bahwa hal ini terjadi di abad ke-21... tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan apa yang sedang terjadi!" ujar Anna.
Baca Juga: Zelenskyy Klaim Ukraina Dapatkan Dua Pemukiman Lagi di Kursk, Ini Kata Rusia
Praktik merekrut narapidana untuk bertempur di Ukraina pertama kali dilakukan oleh Wagner pada tahun 2022.
Setelah pemberontakan gagal yang dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin, pendiri Wagner, perekrutan narapidana ini kemudian diambil alih oleh militer Rusia.
Pada Maret 2023, praktik ini diformalkan melalui undang-undang federal, dan perekrutan narapidana kini semakin meningkat.
Banyak narapidana yang dibebaskan, termasuk pelaku kejahatan serius, seperti pembunuh dan pemerkosa.
Mereka diizinkan bergabung dengan militer dengan janji penangguhan hukuman atau pengampunan penuh jika mereka menunjukkan "keberanian" di medan perang.
Kasus Ivan Rossomakhin menyoroti meningkatnya ketakutan di kalangan masyarakat Rusia. Pembebasan narapidana berbahaya untuk dijadikan tentara dianggap sebagai tanda keputusasaan militer Rusia dalam menghadapi kekurangan personel.
Praktik ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan warga sipil, mengingat betapa mudahnya pelaku kejahatan berat mendapatkan kebebasan.
Di sisi lain, Ukraina juga diketahui telah membebaskan beberapa narapidana untuk bergabung dalam pertempuran, tetapi dengan batasan yang lebih ketat. Hanya narapidana yang tidak dihukum karena pembunuhan atau pelanggaran seksual yang diizinkan untuk bertempur.
Baca Juga: Rusia Luncurkan Serangan Rudal dan Drone Skala Besar ke Ukraina, Fasilitas Militer dan Energi Hancur
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari
Sumber : The Moscow Times/BBC