> >

Kronologi Pemerkosaan dan Pembunuhan Dokter di Kolkata, Picu Meluasnya Mogok Nasional Dokter India

Kompas dunia | 19 Agustus 2024, 15:55 WIB
Ratusan ribu tenaga kesehatan di India menggelar pemogokan nasional sebagai protes atas pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter magang di rumah sakit pemerintah di Kolkata, India, Minggu (18/8/2024). (Sumber: Al Jazeera )

KOLKATA, KOMPAS.TV - Ratusan ribu tenaga kesehatan di India menggelar pemogokan nasional sebagai protes atas pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter magang di rumah sakit pemerintah di Kolkata, Minggu (18/8/2024).

Protes ini melibatkan dokter, tenaga medis dan warga lainnya yang menuntut perlindungan yang lebih baik bagi tenaga kesehatan dan perempuan.

Kronologi Kejadian

Pada 9 Agustus, mayat seorang dokter berusia 31 tahun ditemukan di RG Kar Medical College and Hospital. Dokter tersebut ditemukan di ruang seminar setelah bekerja selama 36 jam.

Autopsi mengonfirmasi adanya kekerasan seksual.

Penemuan ini memicu protes bernada amarah di beberapa kota di seluruh India. “Kami tidak merasa aman,” kata Antara Das, seorang mahasiswa kedokteran yang ikut protes di Kolkata. “Jika ini terjadi di rumah sakit yang menjadi rumah kedua kami, di mana lagi kami aman?”

Baca Juga: Dokter Dibunuh dan Diperkosa di India, Puluhan Ribu Perempuan Demonstrasi di Malam Hari

Ratusan ribu tenaga kesehatan di India hari Minggu, 18/8/2024, menggelar pemogokan nasional sebagai protes atas pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter magang di rumah sakit pemerintah di Kolkata. (Sumber: Anadolu )

Tuntutan Para Dokter

Para dokter menuntut penerapan Undang-Undang Perlindungan Sentral untuk melindungi tenaga kesehatan dari kekerasan.

Mereka juga menyerukan undang-undang yang lebih ketat, termasuk menjadikan setiap serangan terhadap tenaga medis yang sedang bertugas sebagai pelanggaran tanpa kemungkinan jaminan.

“Kami hanya ingin merasa aman saat menjalankan tugas kami,” kata Sapna Rani, seorang dokter wanita di New Delhi.

Asosiasi Medis India (IMA) mengutuk "kejahatan barbar" dan kurangnya ruang aman bagi perempuan, menyebut bahwa baik kalangan medis maupun negara ini adalah "korban". Rakhi Sanyal, seorang dokter di Kolkata, menyebut pembunuhan itu sebagai “brutal” dan menuntut "keadilan" untuk korban.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Al Jazeera


TERBARU