Perundingan Gencatan Senjata Gaza Dimulai Lagi, Ini Sebab Sulit Capai Sepakat Menurut Media Barat
Kompas dunia | 14 Agustus 2024, 14:33 WIBYERUSALEM, KOMPAS TV - Para mediator internasional sedang berusaha memulai kembali negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas, berharap kali ini bisa mencapai kesepakatan. Namun, harapan untuk terobosan besar masih tipis.
Pembicaraan baru ini dijadwalkan mulai Kamis (15/8/2024), tapi Israel dan Hamas sudah mempertimbangkan sebuah proposal yang didukung dunia internasional selama lebih dari dua bulan.
Proposal ini bertujuan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 10 bulan dan membebaskan sekitar 110 sandera yang masih ditahan di Gaza.
Namun, selama waktu itu, pembicaraan tidak menunjukkan kemajuan berarti dan sejumlah hambatan masih ada.
Beberapa syarat baru juga memperumit negosiasi ini. Bahkan, hingga kini, Hamas belum secara tegas menyatakan apakah akan ikut dalam perundingan baru ini.
Sementara itu, pertempuran di Gaza terus berlanjut, para sandera masih menderita, dan ketakutan akan perang besar yang melibatkan Iran dan Hezbollah, sekutu regionalnya, semakin meningkat.
Pembunuhan pemimpin puncak Hamas di Teheran dalam serangan yang diduga dilakukan oleh Israel, semakin memperkeruh pembicaraan ini.
Berikut gambaran tentang usulan gencatan senjata dan alasan pembicaraan masih terhambat:
Baca Juga: Hamas Belum Putuskan Keikutsertaan dalam Perundingan 14 Agustus
Apa Isi Proposal Gencatan Senjata Ini?
Pada 31 Mei, Presiden AS Joe Biden menjelaskan apa yang disebutnya sebagai proposal gencatan senjata dari Israel, yang disebutnya sebagai "peta jalan" menuju perdamaian yang langgeng dan pembebasan sandera. Ini menjadi upaya terbesar AS untuk mengakhiri perang yang dipicu serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan.
Proposal ini punya tiga tahap. Tahap pertama berlangsung enam minggu dan mencakup "gencatan senjata penuh," penarikan pasukan Israel dari semua wilayah padat penduduk di Gaza, dan pembebasan beberapa sandera, termasuk wanita, orang tua, dan yang terluka, dengan imbalan pembebasan ratusan tahanan Palestina. Warga sipil Palestina bisa kembali ke rumah mereka, dan bantuan kemanusiaan ditingkatkan.
Selama enam minggu itu, kedua pihak akan bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan tahap kedua, yang menurut Biden akan mencakup pembebasan semua sandera yang masih hidup, termasuk tentara laki-laki, dan penarikan penuh Israel dari Gaza. Gencatan senjata sementara akan menjadi permanen.
Tahap ketiga akan memulai rekonstruksi besar-besaran Gaza, yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali dari kehancuran akibat perang.
Baca Juga: Eks Pejabat Mossad Sebut Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Kian Kuat Bukan Melemah, Perkiraan Israel Salah
Apa yang Menjadi Hambatan?
Meski Biden mendukung penuh proposal ini, belum ada terobosan besar, dan kedua pihak tampaknya makin menjauh dalam beberapa pekan terakhir.
Israel khawatir dengan syarat bahwa gencatan senjata awal akan diperpanjang selama negosiasi tahap kedua berlangsung. Israel takut Hamas akan memperpanjang negosiasi tanpa hasil yang jelas.
Hamas khawatir Israel akan melanjutkan perang setelah para sandera paling rentan dikembalikan, seperti yang terlihat dari beberapa pernyataan terbaru Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Israel juga bisa menambah tuntutan baru selama negosiasi, yang tidak termasuk dalam kesepakatan awal dan tidak bisa diterima oleh Hamas—lalu melanjutkan perang ketika Hamas menolak tuntutan tersebut.
Israel telah menambahkan beberapa tuntutan baru dalam proposal awal tersebut, menurut dua pejabat Mesir yang mengetahui jalannya pembicaraan.
Dalam pernyataan pada hari Selasa, kantor Netanyahu membantah hal ini, menyebut syarat tambahan tersebut sebagai "klarifikasi penting."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Associated Press