> >

Situasi Bangladesh Makin Genting usai Bentrokan Maut, Kubu Anti-Pemerintah Siap Serbu Dhaka

Kompas dunia | 5 Agustus 2024, 14:48 WIB
Sejumlah pria berlari melewati pusat perbelanjaan yang dibakar pengunjuk rasa penentang PM Sheikh Hasina dan pemerintahannya, menuntut keadilan bagi para korban yang tewas dalam bentrokan mematikan baru-baru ini di seluruh negeri, di Dhaka, Bangladesh, Minggu, 4 Agustus 2024. (Sumber: AP Photo)

DHAKA, KOMPAS.TV - Pengunjuk rasa anti-pemerintah di Bangladesh merencanakan aksi besar-besaran menuju ibu kota Dhaka, Senin (5/8/2024) setelah akhir pekan penuh kekerasan yang menewaskan puluhan orang.

Militer memberlakukan jam malam tanpa batas waktu dan pihak berwenang memutus akses internet seluler untuk meredam kerusuhan.

Menurut surat kabar setempat, Prothom Alo, sudah lebih dari 100 orang tewas, terdiri dari 95 orang sipil dan 14 polisi dalam bentrokan di ibu kota pada hari Minggu (4/8). Ratusan lainnya terluka dalam kekerasan tersebut.

Awalnya, demonstrasi ini dipicu oleh mahasiswa yang menuntut diakhirinya sistem kuota untuk pekerjaan pemerintah. Bentrokan dengan polisi dan aktivis pro-pemerintah pun memanas hingga menyebabkan lebih dari 200 orang tewas.

Pemimpin pengunjuk rasa dan oposisi menyerukan Perdana Menteri Sheikh Hasina untuk mundur dalam protes yang meluas di seluruh negeri.

Jam malam yang diberlakukan militer mulai berlaku Minggu malam dan mencakup Dhaka serta markas divisi dan distrik lainnya.

Baca Juga: Fakta-Fakta Kerusuhan Bangladesh yang Tewaskan 100 Orang, Berawal dari Protes Kuota CPNS

Warga berlari melewati kendaraan yang terbakar di dalam Rumah Sakit Universitas Kedokteran Bangabandhu Sheikh Mujib, yang dibakar oleh para pengunjuk rasa, selama unjuk rasa menentang Perdana Menteri Sheikh Hasina dan pemerintahannya (Sumber: AP Photo )

Sebelumnya, pemerintah memberlakukan jam malam dengan beberapa pengecualian di ibu kota dan tempat lainnya. Pemerintah juga mengumumkan libur mulai Senin hingga Rabu.

Pengadilan ditutup tanpa batas waktu. Layanan internet seluler diputus, dan aplikasi seperti Facebook dan WhatsApp tidak bisa diakses.

Hasina mengatakan para pengunjuk rasa yang terlibat dalam "sabotase" dan perusakan bukan lagi mahasiswa, melainkan kriminal. Ia menyerukan masyarakat untuk menindak mereka dengan tegas.

Partai yang berkuasa, Awami League, mengatakan tuntutan pengunduran diri Hasina menunjukkan bahwa protes telah diambil alih oleh partai oposisi utama, Bangladesh Nationalist Party, dan partai Jamaat-e-Islami yang kini dilarang.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU