Timur Tengah Memanas usai Pembunuhan Ismail Haniyeh, Prancis Minta Warga Negaranya Tinggalkan Iran
Kompas dunia | 2 Agustus 2024, 22:16 WIBPARIS, KOMPAS.TV - Seiring situasi geopolitik di kawasan Timur Tengah yang semakin memanas, Prancis meminta warga negaranya untuk meninggalkan Iran secepat mungkin.
Langkah ini diambil akibat meningkatnya risiko eskalasi militer di kawasan itu. Kementerian Luar Negeri Prancis pun melarang perjalanan apapun ke Iran.
“Sebagai pengingat, seluruh wilayah Iran ditandai dengan warna merah pada peta saran perjalanan. Oleh karena itu, warga negara Prancis secara resmi disarankan untuk tidak bepergian ke Iran, apa pun alasannya,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Prancis dikutip dari Anadolu, Jumat (2/8/2024).
Seperti diketahui, ketegangan di wilayah Timur Tengah meningkat usai pembunuhan terhadap pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, Iran. Berdasarkan berbagai laporan yang terungkap, Haniyeh tewas saat berada di kediamannya di Teheran akibat ledakan bom.
Meski Israel tidak mengakui secara langsung, mereka diyakini yang melakukan pembunuhan terhadap Haniyeh tersebut. Akibat kematian Haniyeh, sejumlah negara di kawasan tersebut seperti Iran berjanji bakal melakukan pembalasan ke Israel.
Dengan potensi pecahnya konflik, sejumlah maskapai penerbangan internasional pun telah mengubah rute mereka secara signifikan untuk menghindari wilayah udara yang berisiko tinggi.
Baca Juga: Iran Disebut Segera Serang Israel untuk Balas Kematian Ismail Haniyeh, AS Siap-Siap
Dilansir dari Strait Times, Singapore Airlines, EVA Air, dan China Airlines, misalnya, telah berhenti menerbangkan rute melalui wilayah udara Iran, memilih jalur alternatif untuk memastikan keselamatan penerbangan mereka.
Maskapai Polandia LOT juga membatalkan delapan penerbangan menuju Lebanon dan Israel setelah menganalisis situasi keamanan yang memburuk.
Selain itu, OPSGROUP, sebuah organisasi yang memantau risiko penerbangan, menyarankan agar lalu lintas udara antara Asia dan Eropa menghindari wilayah udara Iran dan Irak.
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Anadolu/Strait Times