Prancis Larang 5.000 Orang Hadir di Olimpiade Paris, 1.000 Orang Diduga Mata-Mata
Kompas dunia | 24 Juli 2024, 07:13 WIBPARIS, KOMPAS.TV - Menteri Dalam Negeri Prancis mengungkapkan sekitar 5.000 orang dilarang hadir di Olimpiade Paris. Sebanyak 1.000 orang di antaranya diduga terlibat spionase. Ini adalah salah satu tantangan keamanan yang dihadapi Paris dalam upayanya menjaga keamanan atlet dan penonton.
Sekitar 1 juta pemeriksaan latar belakang telah dilakukan terhadap relawan, pekerja, dan orang-orang yang terlibat dalam Olimpiade, termasuk mereka yang mengajukan izin untuk masuk ke zona keamanan yang paling ketat di Paris di sepanjang tepi Sungai Seine, menjelang upacara pembukaan pada Jumat.
Pemeriksaan ini mencegah sekitar 5.000 orang menghadiri Olimpiade, kata Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin, Selasa (23/07/2024). Dari jumlah tersebut, "Ada 1.000 orang yang kami curigai terlibat dalam campur tangan asing, bisa dikatakan spionase," kata Darmanin.
Baca Juga: Wali Kota Paris Renangi Sungai Seine Jelang Olimpiade Paris, Tunjukkan Tak Lagi Tercemar Parah
Darmanin, yang tetap menjabat sementara sampai pemerintahan baru terbentuk setelah pemilihan legislatif bulan ini yang gagal memberikan mayoritas bagi koalisi sentris Presiden Emmanuel Macron, berulang kali menunjukkan kecurigaan terhadap campur tangan yang didukung Rusia.
"Kami di sini untuk memastikan olahraga tidak digunakan untuk spionase, serangan siber, atau untuk mengkritik dan kadang-kadang bahkan berbohong tentang Prancis dan orang Prancis," kata Darmanin.
Dia menambahkan, "campur tangan dan manipulasi informasi" tidak hanya datang dari Rusia, tetapi juga dari beberapa negara lain yang tidak dia sebutkan. Dia tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang dugaan campur tangan tersebut.
"Itulah mengapa kami waspada, dan kami ingin mereka tahu bahwa kami tidak naif," katanya.
Orang-orang lain yang dilarang menghadiri atau menjadi bagian Olimpiade itu setelah pemeriksaan latar belakang ditandai karena dicurigai terlibat dalam radikalisasi Islam, ekstremisme politik kiri atau kanan, catatan kriminal signifikan, dan masalah keamanan lainnya, kata Darmanin.
"Orang-orang ini, kami pikir bukan ide yang baik jika mereka menjadi penjaga stadion, relawan, atau mendampingi tim olahraga. Dari 1 juta orang, 5.000 tidak banyak, dan itu menunjukkan kerja mendalam dari Kementerian Dalam Negeri," katanya.
Baca Juga: Kota Paris Sambut Riuh Olimpiade, 45.000 Polisi hingga Jet Rafale Siaga untuk Pengamanan
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press