Perdebatan Makin Panas di Internal Partai Demokrat Soal Pengganti Biden, Dipilih Ulang atau Cawapres
Kompas dunia | 21 Juli 2024, 09:15 WIBWASHINGTON, KOMPAS TV - Saat Partai Demokrat bergulat dengan apakah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden harus tetap maju dalam pemilihan 2024, perdebatan semakin dalam mengenai apakah Wakil Presiden Kamala Harris yang seharusnya menggantikannya atau apakah sebuah "mini primary" harus segera diluncurkan untuk memilih calon baru sebelum konvensi partai pada bulan Agustus.
Dalam konteks pemilihan presiden di AS, jika seorang calon presiden seperti Joe Biden memutuskan mundur setelah memenangkan pemilihan pendahuluan (primary) tetapi sebelum konvensi partai, ada beberapa langkah yang harus diambil oleh partainya untuk memilih calon pengganti.
Ketika Biden memenangkan pemilihan pendahuluan, dia memperoleh dukungan dari delegasi partai tingkat negara bagian yang seharusnya mendukungnya di konvensi partai. Namun, delegasi ini sebenarnya tidak terikat secara hukum untuk memilih Biden.
Jika Biden memutuskan untuk mundur sebelum konvensi partai, partai harus menjalani proses baru untuk memilih calon pengganti. Proses ini dimulai dengan pengumuman resmi bahwa Biden tidak akan melanjutkan pencalonannya.
Setelah pengumuman tersebut, partai akan mengadakan pemilihan di antara delegasi untuk memilih calon pengganti. Proses ini bisa melibatkan kampanye singkat oleh calon-calon baru untuk mendapatkan dukungan dari delegasi. Mereka akan berbicara di depan delegasi, mengadakan pertemuan, dan mungkin berdebat untuk menunjukkan mengapa mereka layak menjadi calon pengganti.
Pada konvensi partai, delegasi akan memberikan suara mereka untuk memilih calon baru. Ini bisa menjadi proses yang sangat kompetitif dan tidak terduga. Misalnya, nama-nama seperti Wakil Presiden Kamala Harris, Gubernur Gavin Newsom, atau Gubernur Gretchen Whitmer mungkin muncul sebagai calon pengganti.
Meskipun Biden mundur, dia masih bisa mempengaruhi proses dengan memberikan dukungan kepada calon tertentu, misalnya Kamala Harris. Namun, dukungan ini tidak otomatis membuat delegasi memilih calon yang didukung Biden, terutama jika calon tersebut memiliki angka survei yang kurang baik.
Selain delegasi yang dipilih melalui pemilihan pendahuluan, ada juga superdelegasi, yaitu pejabat partai dan tokoh penting yang memiliki suara dalam pemilihan calon. Superdelegasi ini akan berperan jika tidak ada calon yang mendapatkan mayoritas suara delegasi pada putaran pertama pemilihan.
Proses pemilihan pengganti ini bisa memakan waktu dan penuh dengan negosiasi. Namun, pada akhirnya, partai harus memilih calon yang mampu bersaing dalam pemilihan presiden.
Baca Juga: Biden Menolak Mundur, Siap Kembali Kampanye Pilpres AS Minggu Depan
Sabtu lalu, Harris menghadiri acara penggalangan dana di Provincetown, Massachusetts, dan mendapatkan dukungan dari Senator Demokrat terkemuka negara bagian itu, Elizabeth Warren, yang sebelumnya mengatakan bahwa jika Biden mundur, wakil presidennya "siap untuk mengambil alih."
Dalam acara tersebut, yang dihadiri oleh 1.000 tamu dan berhasil mengumpulkan dana sebesar $2 juta, Harris tidak menyinggung tentang desakan agar Biden mundur atau menggantikannya, melainkan mengulangi salah satu kalimat kampanye regulernya: "Kita akan memenangkan pemilihan ini," katanya.
"Apakah kita percaya pada kebebasan? Apakah kita percaya pada kesetaraan? Apakah kita percaya pada janji Amerika? Maka, apakah kita siap untuk berjuang demi itu?" serunya kepada kerumunan yang bersorak. "Ketika kita berjuang, kita menang."
Namun, penunjukan Harris sebagai calon presiden dari partai tersebut, yang akan menjadi momen bersejarah dengan mengangkat perempuan pertama, orang kulit hitam, dan keturunan Asia Selatan sebagai calon presiden, belum tentu terjadi.
Pejabat tinggi partai, termasuk mantan ketua Kongres AS Nancy Pelosi, lebih memilih proses terbuka, dengan beberapa percaya hal itu akan memperkuat calon Demokrat mana pun untuk menghadapi Donald Trump dari Partai Republik.
"Jika Anda berpikir ada kesepakatan di antara orang-orang yang ingin Joe Biden mundur... bahwa mereka akan mendukung Kamala, Wakil Presiden Harris, Anda salah," kata anggota Kongres Alexandria Ocasio-Cortez minggu ini dalam sebuah posting media sosial yang banyak dibicarakan.
Dengan pembahasan publik ini, Partai Demokrat memperpanjang momen ketidakpastian dan pergolakan luar biasa. Biden memiliki pilihan berat di depannya akhir pekan ini yang bisa menentukan arah negara dan partainya menuju pemilihan November.
Hal ini menciptakan kontras mencolok dengan Partai Republik, yang setelah bertahun-tahun perselisihan pahit dan kacau tentang Trump, kini bersemangat dan merangkul pengambilalihan sayap kanan oleh mantan presiden tersebut, meskipun ia telah divonis dalam kasus uang tutup mulut dan dakwaan pidana federal yang tertunda karena mencoba membalikkan hasil pemilu 2020 sebelum serangan 6 Januari 2021 di Capitol.
Biden, meskipun melakukan berbagai pemberhentian kampanye, wawancara, dan bersikeras bahwa dia adalah kandidat terbaik untuk melawan Trump dalam rematch, belum mampu meredam keributan.
Demokrat yang skeptis meragukan dia bisa mempertahankan Gedung Putih setelah penampilannya yang tergagap dalam debat bulan lalu, dan khawatir dia akan meruntuhkan harapan partai untuk menguasai Kongres.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press