> >

Pemimpin Sayap Kanan Swiss Sebut KTT Perdamaian Memalukan, Lukai Tradisi Netralitas Negara Itu

Kompas dunia | 16 Juni 2024, 22:50 WIB
KTT Perdamaian Ukraina di Swiss, Sabtu, 15 Juni 2024. Seorang pemimpin nasionalis sayap kanan Swiss mengkritik keras KTT Perdamaian Ukraina yang diadakan Swiss untuk menekan Rusia agar mengakhiri perang di Ukraina, menyebutnya KTT tersebut "memalukan." dan berpandangan KTT tersebut merusak tradisi netralitas Swiss. (Sumber: RTE)

BUERGENSTOCK, KOMPAS.TV - Seorang pemimpin nasionalis sayap kanan Swiss mengkritik keras KTT Perdamaian Ukraina yang diadakan Swiss untuk menekan Rusia agar mengakhiri perang di Ukraina, menyebutnya KTT tersebut memalukan. Kritik ini mencerminkan pandangan bahwa KTT tersebut merusak tradisi netralitas Swiss.

Partai Rakyat Swiss (SVP), kelompok terbesar di majelis rendah parlemen, menekankan netralitas adalah bagian penting dari kemakmuran Swiss, dan telah menginisiasi referendum untuk menanamkan prinsip ini dalam konstitusi.

Para tokoh terkemuka di partai ini berpendapat Swiss seharusnya tidak mengadakan konferensi tanpa kehadiran Rusia. Nils Fiechter, ketua sayap pemuda SVP, memberikan penilaian pedas tentang pembicaraan tersebut kepada penyiar Rusia, RT.

"Konferensi ini tidak akan menghasilkan apa-apa," kata Fiechter kepada RT pada malam sebelum pembicaraan dimulai, dalam komentar yang dipublikasikan oleh media Swiss pada Minggu (16/6/2024).

"Semua ini adalah lelucon dan memalukan bagi negara kami."

Konferensi yang diadakan di resor mewah Buergenstock ini memicu debat panas tentang apakah Swiss harus meninggalkan netralitasnya, sebuah posisi yang sangat tertanam dalam jiwa bangsa Swiss.

Negara-negara Barat dan negara lain di konferensi pada hari Minggu mencari konsensus untuk mengutuk invasi Rusia dan menekankan biaya kemanusiaan dari perang tersebut.

Fiechter mengatakan pemerintah Swiss telah membuta tunduk pada tekanan internasional dengan tidak mengundang Rusia. 

"Swiss, membiarkan Ukraina menentukan siapa yang boleh atau tidak boleh diundang ke konferensi ini dan mengubahnya menjadi pertunjukan Zelenskyy," katanya kepada RT.

Baca Juga: Hanya Dua Pemimpin Asia Hadiri KTT Perdamaian Ukraina, Indonesia Bahkan Cuma Kirim Dubes di Swiss

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di KTT yang digelar di Swiss, Sabtu, 15 Juni 2024. (Sumber: BBC)

"Sekarang kita dalam bahaya besar, dan itu adalah bahaya besar, bahwa Swiss membiarkan dirinya terlibat dalam perang dunia."

Swiss setuju untuk mengadakan konferensi ini atas permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Bern mengatakan Rusia harus terlibat dalam proses ini tetapi membenarkan tidak mengundangnya dengan alasan bahwa Moskow berulang kali mengatakan tidak tertarik untuk ikut serta.

Kremlin menggambarkan Swiss sebagai terbuka bermusuhan dan tidak layak menjadi mediator dalam upaya perdamaian, terutama karena mengadopsi sanksi UE terhadap Moskow. Sejak Rusia menginvasi Ukraina, dua negara netral historis lainnya di Eropa, Swedia dan Finlandia, telah bergabung dengan NATO.

Meskipun Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta para pemimpin Asia untuk hadir secara pribadi, sebagian besar negara Asia diwakili oleh menteri, pejabat, dan perwakilan lainnya di pertemuan internasional di Buergenstock. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao adalah pengecualian karena hadir di KTT tersebut.

Baca Juga: 90 Negara Diklaim Bakal Hadir dalam KTT Perdamaian Ukraina di Swiss, Rusia Disebut Bakal Absen

Singapura diwakili oleh Menteri Senior Sim Ann. Negara Asia Tenggara lainnya yang hadir termasuk Thailand dan Filipina, masing-masing diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negeri Russ Jalichandra dan penasihat presiden Carlito Galvez Jr.

Indonesia mengirim duta besarnya untuk Swiss, I Gede Ngurah Swajaya, sementara India mengirim diplomat senior, Pavan Kapoor.

China tidak hadir, dengan alasan beberapa minggu sebelumnya bahwa mereka hanya akan berpartisipasi dalam konferensi perdamaian yang diakui oleh Rusia dan Ukraina.

Ketidakhadirannya dilihat oleh pengamat sebagai bukti kemiringannya terhadap Rusia, meskipun mengaku netral dalam konflik tersebut.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Straits Times / Russia Today


TERBARU