> >

Staf Yahudi di Pemerintahan AS Mundur, Tuduh Biden Menjadikan Mereka Wajah Mesin Perang Amerika

Kompas dunia | 16 Mei 2024, 22:20 WIB
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara sebelum menandatangani paket bantuan bagi Ukraina, Israel, dan Taiwan senilai total USD 95 miliar atau setara Rp1.539 triliun di Gedung Putih, Washington, AS, Rabu (24/4/2024). (Sumber: AP Photo/Evan Vucci)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Seorang staf Yahudi di Kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat (AS) mengundurkan diri sebagai protes atas dukungan Washington terhadap serangan Israel ke Jalur Gaza. Lily Greenberg Call mengundurkan diri dari jabatannya sebagai asisten khusus staf umum Kementerian Dalam Negeri AS.

Call menuduh Presiden AS Joe Biden menggunakan identitas Yahudi untuk menjustifikasi keterlibatan Washington dalam seerangan Israel. Call sebelumnya dikenal sebagai aktivis pro-Israel yang berkampanye untuk kemenangan Biden dan Kamala Harris pada 2020 silam.

Baca Juga: Pemerintah Gaza: Israel Bunuh Lebih dari 100 Akademisi, Hancurkan 103 Universitas dan Sekolah

Call mengaku awalnya bersemangat membantu pemerintahan karena yakin Biden memiliki visi yang sama dengannya. Namun, ia kemudian menyebut kebijakan AS seputar serangan Israel ke Gaza membuatnya "tidak bisa merepresentasikan pemerintahan ini."

Mantan pejabat Gedung Putih itu menuduh Biden memanfaatkan identitas Yahudi dengan merujuk pernyataan sang presiden saat perayaan Hanukkan di Gedung Putih bahwa "jika tidak ada Israel, maka tidak ada Yahudi yang aman di dunia." 

Pernyataan Biden yang menyebut serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 didorong "hasrat kuno untuk memusnahkan masyarakat Yahudi" saat acara di Memorial Holocaust Washington pada pekan lalu juga disinggung.

"Dia (Biden) membuat Yahudi menjadi wajah mesin perang Amerika. Dan itu sangat keliru," kata Call kepada Associated Press, Rabu (15/5/2024).

Call menekankan, leluhurnya juga dibunuh secara massal oleh "kekerasan yang disponsori negara", yakni peristiwa Holocaust yang menewaskan sekitar 6 juta Yahudi saat Perang Dunia Kedua.

Pemerintahan Biden sendiri belakangan ini secara terbuka meminta pemerintahan Benjamin Netanyahu meminimalisasi korban sipil di Jalur Gaza. Gedung Putih pun mengumumkan tidak sepakat dengan serangan Israel ke Rafah.

"Saya pikir presiden harus tahu bahwa ada orang dalam pemerintahan ini yang berpikir bahwa itu (serangan Israel ke Gaza) adalah bencana," kata Call.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU