> >

Hamas Setujui Gencatan Senjata Usulan Qatar dan Mesir, Israel Bungkam dan Lanjutkan Pengeboman Rafah

Kompas dunia | 7 Mei 2024, 10:53 WIB
Asap mengepul menyusul serangan udara Israel di timur Rafah, Jalur Gaza, Senin, 6 Mei 2024. Kelompok Hamas hari Senin, 6/5/2024, mengumumkan mereka menerima usulan gencatan senjata Mesir-Qatar untuk menghentikan perang tujuh bulan dengan Israel, Netanyahu mengatakan kesepakatan tersebut tidak memenuhi tuntutan Israel. (Sumber: AP Photo)

KAIRO, KOMPAS TV - Kelompok Hamas hari Senin (6/5/2024) mengumumkan mereka menerima usulan gencatan senjata Mesir-Qatar untuk menghentikan perang yang sudah berlangsung tujuh bulan dengan Israel.

Pengumuman ini disampaikan  beberapa jam usai Israel perintahkan 100.000 warga Palestina mulai evakuasi dari Rafah, menandakan serangan darat yang telah dijanjikan lama di sana bisa segera terjadi.

Hamas mengeluarkan pernyataan pada hari Senin yang menyatakan bahwa pemimpin tertinggi mereka, Ismail Haniyeh, telah menyampaikan kabar tersebut dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Qatar dan Menteri Intelijen Mesir. Kedua negara Timur Tengah tersebut telah menjadi mediator dalam beberapa bulan terakhir antara Israel dan Hamas. Namun belum ada komentar langsung dari Israel.

Ini adalah pernyataan resmi dari Hamas yang mengonfirmasi penerimaan usulan gencatan senjata, "Saudara mujahid Ismail Haniyeh, kepala biro politik gerakan Hamas, melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani, dan dengan Menteri Intelijen Mesir, Abbas Kamel, dan menginformasikan mereka tentang persetujuan gerakan Hamas terhadap usulan mereka mengenai perjanjian gencatan senjata."

Baca Juga: Senjata AS Teridentifikasi Dalam Serangan Israel ke Lebanon yang Tewaskan 7 Paramedis

Seorang ibu Palestina di Rafah memeluk jenazah anaknya yang tewas dibom Israel hari Senin, 6/5/2024. Kelompok Hamas hari Senin, 6/5/2024, mengumumkan mereka menerima usulan gencatan senjata Mesir-Qatar untuk menghentikan perang tujuh bulan dengan Israel, Netanyahu mengatakan kesepakatan tersebut tidak memenuhi tuntutan Israel. (Sumber: AP Photo)

Reaksi Israel

Israel pada hari Senin memberi tahu warga Palestina di Rafah timur untuk pergi karena mereka bersiap untuk meluncurkan kampanye militer di daerah selatan Gaza, meskipun ada oposisi internasional. Ini tampaknya menunjukkan bahwa Israel tidak menganggap ada kesepakatan yang mungkin terjadi.

Tetapi sekarang, seperti yang diungkapkan oleh wakil pemimpin Hamas Khalil al-Hayya, bolanya sekarang ada di Israel, yang terkesan merespons dengan hati-hati. Laporan awal di media Israel menekankan kesepakatan yang disepakati Hamas bukanlah apa yang dibahas Israel.

Sementara itu, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan jauh Itamar Ben-Gvir langsung mengambil alih media sosial untuk menolak kesepakatan dan menyerukan invasi Rafah.

Bahkan,  Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kesepakatan tersebut tidak memenuhi tuntutan Israel tetapi bahwa dia akan mengirim delegasi ke Kairo untuk bertemu dengan negosiator.

Netanyahu menambahkan bahwa kabinet perang Israel telah setuju bulat untuk "melanjutkan operasi di Rafah untuk memberikan tekanan militer pada Hamas", dan pada malam Senin, serangan udara Israel yang intens terjadi di selatan Gaza.

Sementara itu, anggota keluarga tawanan yang ditahan di Gaza berunjuk rasa di Tel Aviv, menyerukan pemerintah untuk menerima kesepakatan.

Tak lama setelah Hamas mengumumkan menerima proposal gencatan senjata dari Mesir-Qatar, Kabinet Perang Israel memutuskan untuk melanjutkan operasi Rafah, demikian pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Pernyataan tersebut juga menyebutkan bahwa meskipun proposal yang diterima Hamas "jauh dari memenuhi tuntutan inti Israel," mereka akan mengirim negosiator ke Mesir untuk mencari kesepakatan. Pada Senin malam, Qatar mengumumkan bahwa mereka juga akan mengirim tim ke Mesir.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Associated Press / Al Jazeera


TERBARU