Lebih 350 Tenaga Kesehatan Kehilangan Nyawa di Gaza Sejak Awal Agresi Israel
Kompas dunia | 23 April 2024, 18:30 WIBJENEWA, KOMPAS.TV - Lebih dari 350 tenaga kesehatan telah kehilangan nyawa mereka di Gaza sejak awal agresi Israel pada 7 Oktober 2023.
Tak hanya itu, ada 520 lainnya juga terluka dalam serangan Israel tersebut, seperti diungkapkan oleh Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB Tlaleng Mofokeng, Senin (22/4/2024).
"Pada saat ini, kita tahu sekitar 520 nakes terluka, serta 350 nakes termasuk tenaga kesehatan lainnya, telah tewas," kata Mofokeng.
Namun, jumlah korban ini tidak mencakup sejumlah remaja Gaza yang turut membantu tenaga kesehatan di berbagai rumah sakit setempat. Mereka turut terkena dampak meningkatnya serangan Israel, meskipun secara resmi tidak terdaftar sebagai tenaga medis.
Mofokeng juga menyoroti kerusakan infrastruktur kesehatan di Jalur Gaza akibat agresi Israel, yang menyebabkan hak rakyat Palestina mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak menjadi tidak terjamin.
"Penganiayaan, penyerangan, pembunuhan terhadap tenaga kesehatan -- termasuk banyak kolega saya sendiri --, penghancuran fasilitas kesehatan, dan pemusnahan organisasi bantuan kemanusiaan terus meningkat tanpa batas yang jelas," tambah Mofokeng.
Baca Juga: Israel Todong dan Telanjangi Petugas Medis Palestina, 297 Nakes Terbunuh
Serangan Israel terhadap Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 sebagai balasan atas serangan Hamas yang dilaporkan telah menewaskan 1.200 orang di wilayah negera Zionis itu. Israel berusaha mengklaim bahwa operasi militer mereka bertujuan untuk menghancurkan Hamas dan menyelamatkan sandera.
Gencatan senjata sementara sempat dicapai antara Israel dan Hamas pada 24 November 2023 melalui mediasi Qatar. Ini memungkinkan pertukaran tahanan dan sandera serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang membutuhkan.
Meskipun gencatan senjata telah diperpanjang beberapa kali, itu berakhir pada 1 Desember 2023, dan pertempuran kembali terjadi. Saat ini, diperkirakan lebih dari 100 warga Israel masih ditahan di Jalur Gaza.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Sputnik / United Nations