> >

AS dan Inggris Bombardir Sejumlah Lokasi Houthi di Yaman, Klaim demi Lindungi Kepentingan Ekonomi

Kompas dunia | 23 Januari 2024, 17:05 WIB
Jet Inggris Typhoon FGR4 jelang lepas landas untuk menyerang target militer Houthi di Yaman dari Siprus, Senin, (22/1/2024). Militer Amerika Serikat dan Inggris membombardir delapan lokasi Houthi Senin malam, kali kedua mereka melakukan serangan balasan yang terkoordinasi terhadap fasilitas militer Houthi. (Sumber: AP Photo)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Militer Amerika Serikat (AS) dan Inggris menggempur delapan lokasi yang digunakan oleh kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman dalam serangan bertajuk Operasi Pelindung Kemakmuran, Senin malam (22/1/2024). Ini merupakan kali kedua mereka melancarkan serangan koordinatif sebagai respons terhadap kemampuan peluncuran rudal kelompok Houthi di Yaman.

AS dan Inggris menggunakan rudal Tomahawk dari kapal perang dan kapal selam serta jet tempur untuk menghancurkan situs penyimpanan rudal, drone, dan peluncur Houthi.

Dalam pernyataan bersama, enam negara sekutu menyatakan serangan mereka terfokus pada situs penyimpanan bawah tanah Houthi dan lokasi terkait dengan kemampuan rudal dan pemantauan udara mereka.

Mereka menegaskan, "Tujuan kami adalah meredakan ketegangan dan mengembalikan stabilitas di Laut Merah, namun kami ingin menegaskan peringatan kepada pemimpin Houthi: kami tak akan ragu membela nyawa dan kelancaran perdagangan di salah satu jalur air paling penting dunia menghadapi ancaman yang berlanjut."

Kementerian Pertahanan Inggris mengonfirmasi bahwa empat pesawat Typhoon Angkatan Udara Kerajaan menghantam "beberapa target di dua situs militer di sekitar lapangan udara Sanaa" dengan bom panduan presisi.

Menteri Pertahanan Grant Shapps menyatakan serangan ini "bertujuan merusak kemampuan Houthi" dan akan "menghantam stok terbatas mereka serta kemampuan mengancam perdagangan global."

Pejabat militer AS melaporkan serangan ini menggunakan 25-30 amunisi presisi dan mencapai target di setiap lokasi. Pejabat tersebut menekankan, ini adalah pertama kalinya senjata lebih canggih menjadi sasaran.

Pesawat tempur dari kapal induk USS Dwight D. Eisenhower, bersama dengan kapal-kapal seperti USS Gravely dan USS Mason, serta USS Philippine Sea, terlibat dalam operasi ini. Serangan ini terjadi sekitar 10 hari setelah AS dan Inggris menyerang lebih dari 60 target di 28 lokasi.

Kantor media Houthi menyatakan serangan ini ditujukan ke Sanaa, ibu kota Yaman. Warga melaporkan dua serangan di dekat rumah mereka, memicu alarm mobil. Seorang jurnalis Associated Press di Sanaa mendengar pesawat terbang melintas hari Senin malam.

Baca Juga: Militer AS Tuduh Iran Terlibat Langsung Serangan Houthi ke Laut Merah

Personel Houthi berbaris dalam unjuk rasa dukungan untuk Palestina di Jalur Gaza dan menentang serangan AS di Yaman di luar Sanaa pada Senin, 22 Januari 2024. (Sumber: AP Photo)

Saluran berita satelit yang dikelola Houthi, Al-Masirah, melaporkan adanya serangan di tiga wilayah di Sanaa: Pangkalan Udara al-Dailami di utara ibu kota, Sarif di timur laut pusat kota, dan al-Hafa di selatan Sanaa.

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berbicara dengan Presiden AS Joe Biden hari Senin sebelumnya. Kantor Sunak menyatakan kedua pemimpin setuju untuk mengambil "tindakan militer yang dibutuhkan untuk merusak kemampuan Houthi."

Serangan sekutu ini adalah yang kali ke-8 AS menyerang situs Houthi sejak 12 Januari, mengikuti serangan hampir setiap hari oleh pesawat tempur AS dan rudal Tomahawk selama seminggu terakhir.

Misi tanggap cepat ini menunjukkan kemampuan militer untuk memantau, mendeteksi, dan menyerang aktivitas kelompok militan itu di Yaman.

Gelombang serangan dan pembalasan melibatkan AS, sekutu, dan lawan menunjukkan bahwa serangan tidak menghentikan Houthi dari kampanye menyerang jalur logistik yang melalui Laut Merah, dan perang regional yang dikhawatirkan AS semakin mendekati kenyataan.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU