Rusia Tolak Usulan AS untuk Lanjutkan Pembicaraan Kontrol Senjata Nuklir, Ini Alasannya
Kompas dunia | 20 Januari 2024, 08:12 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Rusia hari Kamis, (18/1/2024) menolak usulan Amerika Serikat untuk kembali berdialog mengenai kontrol senjata nuklir, dengan menyatakan bahwa hal tersebut tidak mungkin dilakukan selama AS terus memberikan dukungan militer kepada Ukraina.
Dalam konferensi pers tahunannya, Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov menuduh Barat memperburuk risiko keamanan global dengan mendorong Ukraina meningkatkan serangan terhadap wilayah Rusia. Lavrov memperingatkan bahwa Moskow akan mencapai tujuannya dalam konflik tersebut, meskipun ada bantuan dari Barat kepada Kiev, sebagaimana dilaporkan oleh Associated Press pada Jumat (19/1/2024).
Lavrov menyatakan usulan AS untuk melanjutkan kontak mengenai kontrol senjata nuklir "tidak dapat diterima," dan menegaskan bahwa Moskow telah menyampaikan posisinya dalam surat diplomatik bulan lalu. Dia berpendapat agar pembicaraan semacam itu dilaksanakan, Washington perlu mempertimbangkan ulang kebijakan antagonisnya terhadap Rusia.
Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, menyatakan pada bulan Juni bahwa pemerintahan Biden siap untuk berbicara dengan Rusia tanpa syarat tentang kontrol senjata nuklir di masa depan.
Meskipun hubungan Rusia-AS sedang pada titik terendah sejak Perang Dingin, Sullivan menekankan, "tidak ada kepentingan bagi kedua negara kita untuk membuka persaingan dalam kekuatan nuklir strategis."
Lavrov menuduh bahwa dorongan AS untuk menghidupkan kembali pembicaraan nuklir didorong oleh keinginan untuk melanjutkan inspeksi situs senjata nuklir Rusia. Dia menggambarkan tuntutan AS tersebut sebagai "tidak sopan" dan sinis mengingat serangan Ukraina terhadap pangkalan pengebom nuklir Rusia selama konflik.
Dia mencemooh tawaran AS untuk melanjutkan dialog senjata nuklir, menyatakan bahwa Washington seolah-olah mengatakan, "kami telah menyatakan Anda sebagai musuh, tetapi kami siap untuk berbicara tentang bagaimana kita bisa melihat lagi gudang senjata nuklir strategis Anda, itu sesuatu yang berbeda."
Inspeksi saling menguntungkan dari situs senjata nuklir diatur oleh perjanjian New START, yang ditandatangani pada tahun 2010 oleh Barack Obama dan Dmitry Medvedev. Inspeksi dihentikan pada tahun 2020 karena pandemi COVID-19 dan tidak pernah dilanjutkan.
Baca Juga: Rusia Sukses Uji Coba Peluncuran Rudal Nuklir Terbaru Bulava dari Kapal Selam Nuklir Siluman
Pada Februari 2023, Presiden Rusia Vladimir Putin menangguhkan partisipasi Moskow dalam perjanjian tersebut, dengan menyatakan bahwa Rusia tidak dapat mengizinkan inspeksi AS terhadap situs nuklirnya pada saat Washington dan sekutu NATO-nya secara terbuka menyatakan kekalahan Moskow di Ukraina sebagai tujuan mereka.
Rusia menekankan, bagaimanapun, mereka tidak sepenuhnya menarik diri dari perjanjian itu dan akan terus menghormati batasan senjata nuklir yang ditetapkan oleh perjanjian tersebut.
New START, satu-satunya perjanjian kontrol senjata nuklir yang tersisa antara Rusia dan Amerika Serikat, membatasi masing-masing negara untuk tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir statis dan 700 rudal dan pengebom bergerak. Perjanjian ini akan berakhir tahun 2026, dan kurangnya dialog untuk mencapai perjanjian pengganti membuat para advokat pengendalian senjata khawatir.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Pres