Ribuan Korban Perang di Gaza Hadapi Pilihan Kehilangan Anggota Tubuh atau Risiko Kematian
Kompas dunia | 27 Desember 2023, 22:05 WIBDEIR AL-BALAH, KOMPAS.TV — Para dokter memberi Shaimaa Nabahin pilihan yang sangat sulit: kehilangan kaki kiri atau berisiko meninggal dunia.
Perempuan berusia 22 tahun itu telah dirawat di rumah sakit di Gaza selama sekitar satu minggu, setelah pergelangan kakinya patah sebagian akibat serangan udara Israel. Dokter mengatakan kepadanya bahwa dia menderita keracunan darah.
Nabahin akhirnya memilih untuk memaksimalkan peluangnya untuk bertahan hidup, dan setuju untuk mengamputasi kakinya sepanjang 15 sentimeter di bawah lutut.
Keputusan tersebut mengubah kehidupan mahasiswa ambisius tersebut.
“Seluruh hidup saya telah berubah,” kata Nabahin, berbicara dari tempat tidurnya di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di pusat Kota Deir al-Balah. “Jika saya ingin berjalan atau pergi ke mana pun, saya memerlukan bantuan,” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Baca Juga: Pasukan Israel Serang Kamp-Kamp Pengungsi di Gaza, Usir Puluhan Ribu Orang
Pada tanggal 13 November lalu, serangan udara Israel menghantam rumah tetangga Nabahin di Bureij, sebuah kamp pengungsi perkotaan di Gaza tengah. Akibat serangan itu, pergelangan kaki dan arteri di kakinya sebagian putus oleh potongan semen yang menghujam ke dalam rumahnya akibat ledakan. Namun Nabahin masih beruntung karena nyawanya dapat diselamatkan, sedangkan sejumlah tetangganya tewas.
Dia segera dibawa ke Rumah Sakit Martir Al-Aqsa terdekat, di mana dokter berhasil menjahit kakinya dan menghentikan pendarahan.
Namun setelah itu, Nabahin mengatakan bahwa dia hanya mendapat sedikit perawatan atau perhatian dari para dokter. Tenaga medis kemudian kewalahan menangani semakin banyak orang yang terluka parah di tengah berkurangnya pasokan medis. Beberapa hari kemudian, kaki Nabahin pun berubah warna menjadi gelap.
“Mereka menemukan ada pecahan peluru yang meracuni darah saya,” katanya.
Kemudian Nabahin pun harus merelakan kakinya diamputasi. Amputasi tersebut berjalan lancar, namun Nabahin mengatakan dia masih merasakan sakit yang akut dan tidak bisa tidur tanpa obat penenang.
Baca Juga: Situasi Misa Natal di Gaza, Umat Serukan Perdamaian dan Gencatan Senjata
Penulis : Tussie Ayu Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press