Menikahi Diri Sendiri atau Sologami, Tren di Kalangan para Pekerja Lajang di Korea Selatan
Kompas dunia | 30 Oktober 2023, 06:35 WIBSEOUL, KOMPAS.TV - Kim Seul-ki, perempuan Korea Selatan berusia 39 tahun, secara terbuka mengumumkan komitmennya untuk menikahi dirinya sendiri dalam sebuah upacara pernikahan tunggal.
"Sekarang, setelah semua orang tahu saya mengumumkan sologami, pertanyaan tentang status perkawinan saya secara alami memudar," kata Kim, manajer di Lush Korea, mengingat pernikahannya dengan dirinya sendiri pada 2022.
"Sangat memuaskan, dan saya tidak bisa memikirkan sisi negatif apa pun darinya."
Sologami atau autogami adalah istilah untuk menyebut pernikahan antara seseorang dan dirinya sendiri.
Alasan menjalani sologami mungkin termasuk untuk mengukuhkan hubungan dengan diri sendiri atau untuk mengekspresikan pandangan bahwa menjadi lajang tidak berarti merasa tidak lengkap atau kesepian.
"Ini membuat saya merasa sudut pandang saya tentang hidup dan nilai-nilai saya bisa diterima apa adanya," tambah Kim.
Kim adalah salah satu dari enam karyawan unit Korea Selatan dari perusahaan kosmetik berbasis di Inggris, Lush, yang menerima manfaat sologami dari perusahaan tersebut pada 2022.
Manfaat tersebut termasuk bonus tunai khusus sebesar 500.000 won dan liburan selama 10 hari untuk bulan madu tunggal, mencerminkan fasilitas yang ditawarkan kepada pasangan yang menikah.
Saat tingkat pernikahan terus menurun di Korea Selatan, jumlah individu yang berkomitmen pada diri sendiri melalui upacara sologami, semakin meningkat, meskipun tidak ada data resmi yang tersedia.
Mereka yang mengadakan pernikahan tunggal tidak hanya merayakan keputusan untuk menikahi diri mereka sendiri.
Sering kali mereka melakukannya untuk menolak tekanan dari budaya yang sangat menekankan pernikahan, di mana manfaat sosial lebih banyak diberikan kepada pasangan yang menikah.
Baca Juga: Heboh Pakar Matematika Tuding Instagram Jadi Penyebab Rendahnya Angka Kelahiran di Korea Selatan
Dapat Hadiah Uang
Cinta pada diri sendiri adalah semangat utama dari sologami. Namun budaya hadiah uang yang mengakar kuat di Korea, terutama dalam pernikahan, adalah katalis yang tak terbantahkan di balik praktik tersebut.
Budaya tradisional Korea melibatkan ucapan selamat kepada pasangan pengantin baru dengan hadiah uang. Jumlah yang diberikan bervariasi mulai dari 50.000 won hingga jutaan won.
Meskipun hadiah ini diberikan dengan niat baik, ada harapan yang tidak diucapkan bahwa akan ada tindakan balasan ketika pemberi hadiah tersebut menikah.
Sistem ini berjalan lancar di masa lalu ketika tingkat pernikahan Korea Selatan tinggi. Tetapi masalah mulai muncul seiring penurunan drastis tingkat pernikahan dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut selebritas TV dan YouTuber Korea Selatan, Jaejae, upacara pernikahan tunggal biasanya dilihat sebagai cara bagi orang-orang yang belum menikah untuk mendapatkan kembali uang yang mereka habiskan sebelumnya dalam pernikahan teman-teman atau kenalan mereka.
Jaejae yang bernama asli Lee Eun-jae, pernah menjalani pernikahan sologami.
Suh Yi-jong, profesor sosiologi di Universitas Nasional Seoul, mengatakan "di masa lalu, budaya hadiah uang dilakukan sebagai gestur saling menguntungkan dalam masyarakat."
Tetapi, kata dia, dengan meningkatnya jumlah rumah tangga yang tidak menikah dan naiknya inflasi, lebih banyak orang mulai percaya tradisi tersebut tidak lagi memberikan manfaat saling menguntungkan yang sama.
Menurut Prof. Suh, upacara sologami sangat terkait dengan penurunan tingkat pernikahan di Korea Selatan dan persepsi yang tumbuh di kalangan orang-orang berusia 20-an dan 30-an bahwa pernikahan tidak lagi "wajib".
Survei yang dirilis Statistics Korea pada 2022 dan melibatkan 36.000 warga negara Korea menunjukkan, 36,4 persen dari responden berusia 19 hingga 34 tahun memiliki "persepsi positif" tentang pernikahan pada akhir tahun 2022.
Angka itu turun sebesar 20,1 persen poin dari 56,5 persen pada tahun 2012.
Data terpisah yang dirilis Statistics Korea pada awal 2023 menunjukkan, tingkat pernikahan di Korea Selatan mencapai rekor terendah pada 2022.
Sebanyak 192.000 pasangan menikah di ekonomi terbesar keempat di Asia itu pada 2022. Jumlah itu turun 0,4 persen dari tahun sebelumnya.
Angka tersebut adalah yang terendah sejak 1970, ketika badan statistik mulai mengumpulkan data terkait, mewakili penurunan tahun ke-11 secara berturut-turut.
Baca Juga: Kim Jong-Un Disebut Alami Krisis Paruh Baya, Menangis saat Minum-Minum karena Merasa Kesepian
Fenomena yang Belum Umum
Lush Korea memperkenalkan manfaat sologami pada Juni 2017 untuk memastikan semua karyawan, termasuk mereka yang memilih untuk tidak menikah, dimasukkan dalam program kesejahteraan dan manfaat perusahaan.
"Manfaat tersebut mencerminkan budaya perusahaan kami yang menghormati keragaman dan inklusivitas. Gaya hidup setiap orang dihormati," kata juru bicara perusahaan, Jeon Ha-na.
Dalam beberapa tahun terakhir, makin banyak perusahaan di Korea Selatan yang mengambil langkah yang sama.
Pada September 2022, Lotte Department Store mulai memberikan manfaat tunai dan liburan yang sama kepada karyawan yang belum menikah yang berusia 40 tahun ke atas, seperti karyawan yang menikah.
LG Uplus mengadopsi tindakan yang sama pada Januari 2023, dengan batasan usia minimum yang ditetapkan pada usia 38 tahun.
"Sebanyak 25 karyawan mendaftar untuk manfaat sologami dalam tiga bulan setelah kami mengadopsi program ini," kata seorang juru bicara Lotte Department Store.
"Hal ini semakin populer di kalangan karyawan yang berusia 40-an dan 50-an yang tidak memiliki keinginan untuk menikah."
Namun, di luar perusahaan-perusahaan ini, upacara pernikahan tunggal tetap belum umum.
Special Day 2014, sebuah perusahaan perencana acara, mengatakan mereka belum menerima permintaan untuk membantu merencanakan upacara pernikahan sologami, meskipun sudah meluncurkan paket tersebut pada awal 2022.
Perusahaan tersebut muncul di puncak hasil penelusuran di portal web terbesar Korea, Naver, untuk "pernikahan sologami".
"Kami mempromosikan upacara pernikahan sologami sejak awal tahun lalu, tetapi kami belum menerima permintaan apa pun," kata juru bicara perusahaan itu melalui telepon.
"Kami mendapatkan rata-rata 50 permintaan per bulan untuk membantu merencanakan acara pernikahan."
Kim dari Lush Korea mengatakan, meskipun ia puas dengan upacara pernikahan dirinya sendiri, ia menerima reaksi beragam dari teman-teman dan keluarganya.
"Beberapa mengatakan mereka menghormati dan bahkan iri pada keputusan saya, sementara yang lain mengatakan 'terlalu dini' bagi saya untuk membuat komitmen seperti itu," tambahnya.
"Tetapi pada akhirnya, semuanya tentang menemukan kebahagiaan sebagai individu, menurut saya."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Korea Herald/The Straits Times