WFP Minta Bantuan Lebih Banyak Masuk ke Gaza, 20 Truk Jauh dari Cukup!
Kompas dunia | 21 Oktober 2023, 19:36 WIBKAIRO, KOMPAS.TV - Kepala Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa WFP mendesak agar lebih banyak bantuan mengalir ke Gaza. Ia menyebut situasi kemanusiaan yang sangat buruk sedang terjadi di wilayah yang terkepung dan dibombardir Israel itu.
"Masyarakat akan kelaparan, kecuali mereka segera mendapatkan bantuan kemanusiaan," kata Cindy McCain, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia WFP kepada Associated Press di Kairo, Sabtu (21/10/2023).
Ia mengatakan konvoi 20 truk yang diizinkan memasuki wilayah yang hancur akibat perang sejak Sabtu (7/10) dua pekan lalu itu sama sekali tidak cukup.
"Kita perlu banyak, banyak, banyak truk dan aliran bantuan yang terus-menerus," katanya. Ia menambahkan, WFP punya 1.000 ton metrik bantuan di Sinai Mesir yang siap dikirimkan ke Gaza.
Ia mengatakan, lembaga kemanusiaan memerlukan dana sangat mendesak sebesar $75 juta untuk mengatasi kebutuhan yang terus meningkat dari lebih dari 2,3 juta warga Palestina, sekitar separuh di antaranya mengungsi sejak perang dimulai pada 7 Oktober dua pekan lalu.
Angka tersebut bisa mencapai $100 juta hingga akhir tahun ini bila krisis terus berlanjut, katanya.
Ia meminta para pemimpin dunia untuk memberikan tekanan kepada pihak-pihak yang berperang agar bantuan dapat masuk ke Gaza demi menghindari bencana kemanusiaan yang siap menyebar ke seluruh wilayah.
WFP menyebut mereka punya 930 metrik ton makanan darurat lainnya di atau dekat perbatasan Rafah. "Mereka siap untuk dibawa masuk ke Gaza begitu kembali mendapat izin masuk," tekannya.
Lembaga ini mengatakan stok tersebut dibutuhkan untuk mengisi persediaan yang terus berkurang di dalam Gaza.
Baca Juga: Bantuan Kemanusiaan Akhirnya Masuk Gaza, tetapi Baru 20 Truk dari Kebutuhan 100 per Hari
Sementara itu di Kairo, Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan serangan Hamas terhadap Israel "tidak pernah dapat membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina".
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press