Lebih 100 Lumba-lumba Ditemukan Mati di Hutan Amazon Brasil saat Suhu Air Mencapai Rekor Tertinggi
Kompas dunia | 3 Oktober 2023, 11:34 WIBSAO PAULO, KOMPAS.TV - Lebih dari 100 lumba-lumba ditemukan mati di hutan Amazon Brasil dalam satu minggu terakhir karena kekeringan parah, dan banyak yang mungkin akan mati segera jika suhu air tetap tinggi, kata para ahli.
Institut Mamiraua, sebuah kelompok penelitian Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi Brasil, mengatakan dua lumba-lumba mati kembali ditemukan hari Senin, (2/10/2023) di sekitar Danau Tefe, yang sangat penting bagi mamalia dan ikan di wilayah tersebut. Ribuan ikan juga ditemukan mati, seperti laporan media lokal yang dikutip Associated Press, Selasa, (3/10/2023).
Para ahli percaya tingginya suhu air adalah penyebab kematian yang paling mungkin di danau-danau di wilayah tersebut. Suhu sejak minggu lalu telah melebihi 39 derajat Celsius di wilayah Danau Tefe.
Institut Konservasi Keanekaragaman Hayati Chico Mendes pemerintah Brasil, yang mengelola kawasan konservasi, mengatakan minggu lalu telah mengirim tim dokter hewan dan ahli mamalia air untuk menyelidiki kematian tersebut.
"Kami punya sekitar 900 lumba-lumba sungai dan 500 Tucuxis (di Danau Tefe) dan dalam satu minggu kami sudah kehilangan sekitar 120 hewan di antara keduanya, yang bisa mewakili 5% hingga 10% dari populasi," kata Miriam Marmontel, seorang peneliti dari Institut Mamiraua. Tucuxis adalah sejenis lumba-lumba.
Baca Juga: Lumba-Lumba Serang Perenang di Jepang, Diseret Hingga Beberapa Meter
Pekerja menemukan bangkai lumba-lumba sejak minggu lalu di wilayah di mana sungai kering telah mempengaruhi masyarakat di tepi sungai yang miskin dan mengandaskan perahu mereka di pasir. Gubernur Amazonas, Wilson Lima, hari Jumat menyatakan keadaan darurat akibat kekeringan.
Nicson Marreira, walikota Tefe, kota dengan 60.000 penduduk, mengatakan pemerintahannya tidak dapat mengirim makanan langsung ke beberapa komunitas terpencil karena sungai mengering.
Ayan Fleischmann, koordinator Geospasial di Institut Mamirauá, mengatakan kekeringan telah berdampak besar pada masyarakat di tepi sungai di wilayah Amazon.
"Banyak komunitas menjadi terisolasi, tanpa akses ke air berkualitas baik, tanpa akses ke sungai, yang merupakan sarana transportasi utama mereka," katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Associated Press