Pemimpin Asia Tenggara Gelar KTT ASEAN Besok, Dikepung Berbagai Masalah Rumit Kawasan
Kompas dunia | 4 September 2023, 09:04 WIB"Ketidakhadiran Presiden AS, meskipun itu mengecewakan dan punya makna simbolis yang penting, bagi saya bukanlah yang paling mengkhawatirkan. Karena yang lebih mengkhawatirkan adalah kecenderungan struktural yang lebih mendasar bagi ASEAN untuk menjadi kurang menonjol," kata Natalegawa dalam wawancara dengan Associated Press.
Didirikan pada tahun 1967 pada era Perang Dingin, ASEAN punya prinsip non-intervensi dalam urusan domestik masing-masing negara anggotanya. ASEAN juga mengambil keputusan melalui jalan musyawarah dan konsensus, yang berarti bahkan satu anggota bisa menolak keputusan atau proposal yang tidak diinginkan.
Aturan dasar ini telah menarik keanggotaan yang sangat beragam, mulai dari demokrasi yang baru berkembang hingga monarki yang konservatif, tetapi juga menahan blok tersebut dari mengambil tindakan tegas terhadap kejahatan yang disetujui oleh negara.
Baca Juga: Jelang KTT ASEAN 2023, Jokowi Tinjau Venue hingga Pasukan TNI dan Polri Gelar Apel Pengamanan
Myanmar juga tidak dapat mengambil peran selama tiga tahun mulai tahun depan sebagai koordinator hubungan ASEAN-Uni Eropa, menurut dua diplomat tersebut.
Jenderal Myanmar dan pejabat yang ditunjuk oleh mereka dilarang hadir dalam pertemuan pemimpin ASEAN dan menteri luar negeri, termasuk pertemuan KTT minggu ini, setelah pemerintah militer gagal sepenuhnya mematuhi rencana perdamaian lima poin yang menyerukan penyelesaian segera kekerasan dan dimulainya dialog antara pihak-pihak yang berselisih, termasuk Suu Kyi dan pejabat lainnya, yang dipenjarakan sejak mereka digulingkan.
Sebanyak 4.000 orang tewas dan lebih dari 24.400 orang ditangkap sejak kudeta militer di Myanmar, menurut kelompok advokasi Association for Political Prisoners.
Dalam reformasi penting yang akan memungkinkan ASEAN untuk merespons lebih cepat dan mencegah krisis semacam itu berubah menjadi bencana mematikan, negara-negara anggotanya telah membahas aturan yang akan memungkinkan kelompok tersebut membuat keputusan bahkan tanpa persetujuan dari semua negara anggota, kata salah satu dari dua diplomat tersebut.
Dinna Prapto Raharja, seorang analis dan profesor hubungan internasional berbasis di Jakarta, mengatakan kredibilitas ASEAN berada pada perbatasan jika krisis Myanmar terus berlanjut. Meskipun ASEAN tidak punya mekanisme penyelesaian konflik untuk permasalahan semacam itu, seharusnya cukup fleksibel untuk memanfaatkan pengaruh dan koneksinya untuk membantu mengatasi masalah semacam itu.
"ASEAN terus mengatakan bahwa itu sangat sulit, sangat kompleks," katanya. Tetapi, "seiring berjalannya waktu, semua peluang ini tiba-tiba menguap."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press