Serangan Udara di Sudan Tewaskan Setidaknya 22 Orang, Salah Satu yang Mematikan Selama Konflik
Kompas dunia | 9 Juli 2023, 05:35 WIBKAHIRE, KOMPAS.TV - Serangan udara di sebuah kota Sudan hari Sabtu (8/7/2023) menewaskan setidaknya 22 orang, kata otoritas kesehatan Sudan dalam salah satu serangan udara paling mematikan selama tiga bulan pertempuran antara jenderal-jenderal yang saling berebut kekuasaan di negara itu.
Seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Minggu (9/7/2023), serangan tersebut terjadi di lingkungan Dar es Salaam di Omdurman, kota tetangga ibu kota Khartoum, menurut pernyataan singkat dari Kementerian Kesehatan. Serangan tersebut juga melukai sejumlah orang yang tidak disebutkan jumlahnya.
Kementerian tersebut memposting rekaman video yang menunjukkan mayat-mayat di tanah yang ditutupi kain dan orang-orang yang mencoba menarik mayat dari reruntuhan. Orang-orang lain berusaha membantu yang terluka. Tangisan orang-orang terdengar.
Serangan ini adalah salah satu serangan paling mematikan dalam pertempuran di daerah perkotaan ibu kota dan di tempat lain di Sudan. Konflik ini melibatkan militer melawan kelompok paramiliter yang kuat yang dikenal sebagai Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF). Bulan lalu, serangan udara menewaskan setidaknya 17 orang termasuk 5 anak-anak di Khartoum.
RSF menyalahkan militer atas serangan Sabtu dan serangan-serangan lainnya di daerah permukiman di Omdurman, di mana pertempuran terus berkecamuk antara faksi-faksi yang bertikai, menurut penduduk setempat. Militer dilaporkan telah berusaha memutus jalur pasokan penting bagi pasukan paramiliter di sana.
Militer Sudan belum memberi pernyataan atas peristiwa tersebut pada hari Sabtu (8/7/2023).
Baca Juga: Militer Minta Pemuda Gabung Tentara Lawan Paramiliter, Konflik Sudan Masih Panjang?
Dua warga Omdurman mengatakan sulit untuk menentukan pihak mana yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka mengatakan pesawat militer secara berulang kali menargetkan pasukan RSF di daerah tersebut dan pasukan paramiliter menggunakan drone dan senjata antipesawat terhadap militer.
Pada saat serangan Sabtu pagi, militer sedang menghantam RSF, yang menggunakan rumah-rumah penduduk sebagai perisai, dan RSF melepaskan tembakan rudal antipesawat terhadap pesawat tempur yang menyerang, kata Abdel-Rahman, salah seorang penduduk yang hanya menggunakan nama depannya karena khawatir akan keselamatannya.
"Wilayah ini seperti neraka ... pertempuran terjadi sepanjang waktu dan orang-orang tidak dapat pergi," katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press