Israel Tak Mau Jual Sistem Pertahanan Udara Iron Dome ke Ukraina, Ternyata Ini Alasannya
Kompas dunia | 30 Juni 2023, 00:00 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV – Israel tak akan memberikan atau menjual sistem pertahanan udaranya, Iron Dome, maupun persenjataan lainnya ke rezim Kiev. Pasalnya, Israel khawatir sistem persenjataan itu akan jatuh ke tangan Iran.
Hal itu diungkapkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam wawancara dengan The Wall Street Journal yang dipublikasikan pada Kamis (29/6/2023).
“Menurut saya, penting untuk memahami bahwa kami khawatir juga dengan kemungkinan bahwa sistem-sistem (persenjataan) yang akan kami berikan ke Ukraina akan jatuh ke tangan Iran,” ujar Netanyahu, dilansir Tass.
Baca Juga: Digempur Serangan Jarak Jauh Rusia, Ukraina Desak Israel Jual Sistem Iron Dome ke Kiev
Jika hal itu terjadi, kata Netanyahu, Teheran akan dapat menggunakan senjata Israel terhadap Israel sendiri. Ia menekankan bahwa Israel merupakan negara padat penduduk, dan sejauh ini, tak ada korban massal berjatuhan berkat perlindungan sistem Iron Dome.
Sistem pertahanan udara canggih itu berhasil menembak jatuh 95 persen peluru kendali (rudal) yang menyasar wilayah Israel yang padat penduduk.
“Sekarang, kalau sistem itu jatuh ke tangan Iran, maka jutaan rakyat Israel bakal tak punya perlindungan dan berada dalam bahaya,” imbuhnya.
Baca Juga: Israel Klaim Hamas Coba Kacaukan Iron Dome dari Gedung Kantor AP dan Al Jazeera yang Diledakkan
Iron Dome atau Kubah Besi merupakan sistem pertahanan udara yang dikembangkan oleh Rafael, perusahaan teknologi pertahanan Israel, bermitra dengan kontraktor militer Amerika Serikat (AS) Raytheon. Iron Dome dianggap sebagai salah satu sistem pertahanan paling efektif menghadapi roket-roket berjangkauan pendek.
Pada awal Juni 2022, Duta Besar Ukraina untuk Israel, Evgeny Kornychuk, menyatakan Ukraina tertarik mendapatkan sistem Iron Dome. Ia mendesak Israel agar mau menjual sistem pertahanan udara Kubah Besi (Iron Dome) ke Kiev. Menurutnya, sistem itu dibutuhkan Ukraina untuk melindungi warga sipil dari serangan jarak jauh Rusia.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Tass