Angin Topan Hantam Pantai Bangladesh dan Myanmar, Penampungan Pengungsi Terbesar di Dunia Hancur
Kompas dunia | 15 Mei 2023, 08:16 WIBCOX BAZAR, KOMPAS.TV - Angin topan telah menghantam pantai Bangladesh dan Myanmar dengan kekuatan badai setara kategori lima, Minggu (14/5/2023).
Angin topan Mocha datang setelah hujan deras dan angin kencang.
Hal itu membuat warga yang berada di daerah pesisir dataran rendah terancam kehilangan rumah.
Dikutip dari BBC, Senin (15/5/2023), lebih dari 1.300 tempat penampungan bambu Cox Bazar di Bangladesh, yang merupakan penampungan pengungsi terbesar di dunia hancur.
Baca Juga: Pemilu Turki: Erdogan Gagal Raih Suara Mayoritas, Pemilihan Presiden Akan Masuki Putaran Kedua
Selain itu di Myanmar, dilaporkan setidaknya lima orang tewas.
Tanah longsor dan banjir juga mendera area yang terkena angin topan.
Ketika badai datang, polisi patroli di Cox Bazar mengumumkan kedatangan angin topan dan meminta semua orang tetap tinggal di dalam rumah.
Jalan-jalan menjadi kosong saat topan semakin intens, langit menjadi gelap, angin semakin kencang dan hujan turun deras.
Ratusan orang berdesakan di sebuah sekolah di kota, yang telah diubah menjadi tempat perlindungan topan sementara.
Para ibu dengan bayi, anak kecil, orang lanjut usia, dan lemah berdesakan di ruang mana pun yang tersedian di ruang kelas.
Mereka pun tidur di atas meja dan duduk di bawahnya.
Pihak berwenang mengatakan lebih dari 500.000 orang dievakuasi dari rumah mereka di bagian tenggara Bangladesh.
Banyak yang tiba di penampungan dengan becak dan berjalan kaki, mereka membawa ternak mereka, sapi, ayam, kambing, serta tikar untuk tidur.
Mereka banyak yang datang dari desa nelayan dan pantai, sekitar dua jam jauhnya.
“Saya tak ingin meninggalkan rumah saya,” kata Sumi Akter, yang tinggal di dekat perairan.
Sumi dan orang lainnya di penampungan mengatakan mereka telah mengalami angin topan lain dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Rusia Umumkan Dua Komandan Militer Setingkat Kolonel Tewas di Ukraina
Mereka pun pasrah pada pola reguler meninggalkan rumah mereka karena bencana tersebut.
Gelombang badai hingga empat meter dapat membanjiri desa-desa di daerah dataran rendah.
Hal itu membuat Sumi dan yang lainnya khawatir rumah mereka akan terendam.
“Saya berharap rumah yang kami tinggali dibangun lebih kuat,” ujarnya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : BBC