China Bermanuver Jadi Mediator Perang Rusia dan Ukraina, Ini Maknanya bagi Kiev
Kompas dunia | 27 April 2023, 03:05 WIBMediasi antara Ukraina dan Rusia akan meningkatkan kehadiran China di Eropa Timur, di mana Beijing telah berusaha membangun hubungan dengan pemerintah lain. Hal ini telah memicu keluhan dari beberapa pejabat Eropa yang menganggap China sedang mencari keuntungan atas Uni Eropa.
Baca Juga: Eropa Murka Usai Dubes China di Prancis Katakan Negara Bekas Uni Soviet Tidak Berdaulat
Hubungan China dengan Rusia saat ini
China adalah sekutu utama satu-satunya bagi pemerintahan terisolasi Presiden Vladimir Putin.
Xi dan Putin mengeluarkan pernyataan bersama menjelang serangan Februari 2022 yang menyatakan bahwa kedua negara punya "persahabatan tanpa batas."
Beijing berusaha tampil netral, tetapi mengulangi pembenaran Rusia atas serangan tersebut.
Xi disambut hangat oleh Putin saat kunjungannya ke Moskow pada bulan Maret. Menteri Pertahanan China mengunjungi Rusia bulan ini.
China meningkatkan pembelian minyak dan gas dari Rusia untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang lapar energi, sehingga membantu Rusia menutup pendapatan yang hilang akibat sanksi dari AS dan sekutu Barat. Sebagai imbalannya, China mendapatkan harga yang lebih rendah, meskipun rincian belum diungkapkan.
Baca Juga: Ini Pernyataan dan Posisi China tentang Konflik Ukraina usai Xi Jinping Bertemu Emmanuel Macron
Hubungan China dengan Ukraina saat ini
China adalah mitra perdagangan terbesar Ukraina sebelum serangan terjadi, meskipun dalam skala yang lebih kecil dibandingkan perdagangan antara China dan Rusia.
Pada tahun 2021, Ukraina mengumumkan rencana untuk membangun infrastruktur perdagangan oleh perusahaan-perusahaan China.
Pemerintahan Zelenskyy menjadi lebih ambigu terhadap Beijing setelah jelas bahwa Xi tidak akan mencoba menghentikan perang Putin, tetapi kedua belah pihak tetap bersikap ramah.
Menlu China Qin Gang, bulan ini berjanji bahwa China tidak akan menyediakan persenjataan kepada kedua belah pihak. Janji tersebut menguntungkan Ukraina, yang telah menerima tank, roket, dan persenjataan lainnya dari AS dan pemerintah Eropa.
Duta Besar China untuk Prancis menciptakan kegemparan di Eropa ketika ia mengusulkan bahwa bekas republik-republik Soviet - yang termasuk Ukraina - mungkin bukan negara berdaulat. Hal tersebut sejalan dengan komentar Putin yang membantah kedaulatan Ukraina.
Beijing kemudian memberikan jaminan kepada negara-negara bekas Uni Soviet bahwa China menghormati kedaulatan mereka dan mengatakan komentar dari duta besar tersebut adalah pendapat pribadi, bukan kebijakan resmi.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press