> >

Mantan Sekjen PBB Ban Ki-moon Desak Junta Militer Myanmar Akhiri Kekerasan dan Bebaskan Tapol

Kompas dunia | 26 April 2023, 06:07 WIB
Mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Selasa (25/4/2023) mendesak junta militer Myanmar mengambil inisiatif mencari jalan keluar dari krisis politik yang penuh kekerasan di negara itu, termasuk membebaskan tahanan politik. (Sumber: Military True News Information Team via AP)

BANGKOK, KOMPAS.TV - Mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Selasa (25/4/2023) mendesak junta militer Myanmar yang berkuasa untuk mengambil inisiatif dalam mencari jalan keluar dari krisis politik yang penuh kekerasan di negara itu, termasuk membebaskan tahanan politik, setelah pertemuan mengejutkan dengan pemimpin militer yang merebut kekuasaan dua tahun lalu, seperti laporan Associated Press, Selasa, (25/4/2023).

Ban bertemu hari Senin di ibu kota Myanmar, Naypyitaw, dengan pemimpin junta militer, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, dan pejabat-pejabat puncak lainnya. Misi ini dilakukan atas nama kelompok para mantan pemimpin negara yang terlibat dalam perdamaian dan inisiatif hak asasi manusia di seluruh dunia.

Ban adalah wakil ketua kelompok tersebut, yang menyebut diri mereka The Elders. Dalam pernyataan yang dirilis pada Selasa oleh kelompok tersebut, Ban dikutip mengatakan, "Saya datang ke Myanmar untuk mendesak militer mengadopsi penghentian kekerasan segera, dan memulai dialog konstruktif di antara semua pihak yang terkait."

Ban Ki-moon menggambarkan pembicaraannya sebagai "eksploratif." "Dengan tekad dan kesabaran, saya percaya ada jalan keluar dari krisis saat ini. Militer harus mengambil langkah pertama," katanya.

Dalam pernyataan tersebut dikatakan bahwa Ban, yang terbang ke Bangkok dari Naypyitaw pada malam Senin, menekankan perlunya mengimplementasikan rencana perdamaian oleh ASEAN, kelompok 10 negara anggota di Asia Tenggara, dan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menghentikan kekerasan antara militer dan pasukan perlawanan pro-demokrasi setelah penggulingan pemerintahan sipil oleh militer pada tahun 2021 yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.

"Negara-negara anggota ASEAN dan komunitas internasional secara luas perlu menunjukkan persatuan dan tekad dalam komitmen mereka terhadap perdamaian dan demokrasi di Myanmar, yang merupakan sumber kekhawatiran internasional yang serius," kata Ban.

Baca Juga: Mantan Sekjen PBB Ban Ki-moon Mengadakan Kunjungan Mendadak ke Myanmar Temui Bos Junta Militer

Pernyataan tersebut juga mengatakan bahwa Ban "mendukung seruan komunitas internasional untuk pembebasan segera oleh militer Myanmar dari semua tahanan yang ditahan secara sewenang-wenang, untuk dialog konstruktif, dan untuk menahan diri sepanjang mungkin dari semua pihak."

Pemimpin Myanmar yang dikudeta, Aung San Suu Kyi yang berusia 77 tahun, dipenjara 33 tahun setelah kudeta untuk mencegahnya berperan aktif dalam politik. Sidangnya diadakan secara tertutup, dan militer menolak permintaan pejabat PBB, diplomat asing, dan pihak lain yang tertarik untuk melihatnya.

Myanmar dilanda kekerasan sejak kudeta militer, yang mencegah Partai Liga Untuk Demokrasi Suu Kyi memulai masa jabatan kedua.

Kudeta tersebut ditentang oleh masyarakat Myanmar secara besar-besaran, yang kemudian ditekan oleh pasukan keamanan dengan kekuatan mematikan, yang pada gilirannya memicu perlawanan bersenjata yang luas.

Pemerintah militer Myanmar menolak inisiatif luar sebelumnya yang meminta negosiasi sebagai pelanggaran atas kedaulatan Myanmar, dan umumnya menggambarkan oposisi pro-demokrasi sebagai teroris.

Ban Ki-moon memperingatkan bahwa pemilihan yang dijanjikan oleh junta militer harus diadakan hanya dalam kondisi yang bebas dan adil.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU