Ukraina Terus Minta Amunisi Artileri 155mm, Inilah Alasan Pentingnya
Kompas dunia | 24 April 2023, 03:05 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Amunisi artileri kaliber 155 mm menjadi salah satu amunisi paling diminati dalam perang di Ukraina. Amerika Serikat sudah menyumbangkan lebih dari 1,5 juta butir amunisi ini ke Ukraina, namun Kiev masih meminta lebih banyak, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Minggu (23/4/2023).
Berikut adalah pandangan mengapa amunisi artileri ini begitu sering digunakan, dan mengapa sangat penting bagi perang di Ukraina.
Apa Itu Amunisi Artileri Kaliber 155mm?
Pada dasarnya, amunisi kaliber 155 mm adalah peluru yang sangat besar, terdiri dari empat bagian: sumbu peledak, proyektil, bahan peledak, dan primer.
Setiap butir munisi memiliki panjang sekitar 60 sentimeter, berat sekitar 45 kilogram, dan diameter 155 mm atau 6,1 inci. Amunisi ini digunakan dalam sistem meriam howitzer, yaitu meriam besar yang ditarik yang diidentifikasi berdasarkan rentang sudut tembak yang dapat diatur pada larasnya.
Peluru kaliber 155 mm dapat dikonfigurasi dalam banyak cara: dapat diisi dengan bahan peledak yang sangat kuat, menggunakan sistem panduan presisi, menembus baju besi, atau menghasilkan fragmen tinggi.
Varian sebelumnya telah mencakup peluru asap untuk menyembunyikan pergerakan pasukan dan peluru penerangan untuk mengungkapkan posisi musuh.
"Amunisi kaliber 155 mm dan varian Soviet era 152 mm sangat populer karena mereka punya keseimbangan yang baik antara jangkauan dan ukuran hulu ledak," kata Ryan Brobst, seorang analis riset di Foundation for the Defense of Democracies.
"Jika Anda punya peluru yang terlalu kecil, tingkat penghancuran dan jangkauan tembaknya terbatas. Jika Anda punya peluru yang lebih besar, jangkauan tembaknya tidak bisa terlalu jauh. Inilah titik tengah yang paling umum, dan itulah mengapa sangat banyak digunakan."
Baca Juga: Korea Selatan Pinjamkan 500 ribu Amunisi Artileri 155mm ke AS, Diduga Terkait Suplai ke Ukraina
Sejarah Amunisi Kaliber 155mm
Prancis pertama kali mengembangkan amunisi kaliber 155 mm sebagai respons terhadap perang parit yang luas pada Perang Dunia I, dan versi awal termasuk peluru gas, kata Keri Pleasant, sejarawan untuk Komando Amunisi Bersama Angkatan Darat, dalam pernyataannya kepada Associated Press.
Selama Perang Dunia I berlanjut, meriam 155 mm menjadi jenis artileri yang paling umum digunakan oleh Sekutu, kata Pleasant, dan Angkatan Darat AS kemudian mengadopsinya sebagai meriam artileri berat lapangan standar mereka.
Militer AS mengoperasikan versi sendiri, M1, untuk Perang Dunia II. Setelah perang, aliansi NATO mengadopsi kaliber 155 mm sebagai standar artileri mereka.
Sejak Perang Korea, amunisi ini telah dimodifikasi lagi dengan varian amunisi klaster. "Amunisi tersebut berisi 88 subamunisi yang disebar di area luas untuk menghancurkan kendaraan, peralatan, dan personel," ujar Pleasant.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press