Perempuan Ukraina Blak-blakan Ungkap Kekejian Tentara Rusia, Dipaksa Menggali Kuburannya Sendiri
Kompas dunia | 20 April 2023, 13:13 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Seorang perempuan Ukraina berusia 57 tahun yang berasal dari Kherson mengungkapkan kekejian tentara Rusia.
Ia mengatakan kepada anggota DPR Amerika Serikat (AS) bahwa tentara Rusia memukulinya, mengancam memperkosanya dan dipaksa menggali kubur sendiri.
Perempuan yang hanya diketahui sebagai Lybov itu membagikan kisahnya kepada Komite Hubungan Luar Negeri DPR AS saat sidang mengenai kejahatan Rusia, Rabu (19/4/2023).
Kisahnya adalah satu dari dua kesaksian kuat dan mengerikan yang dilakukan tentara Rusia di Ukraina.
Baca Juga: Tak Hanya di Indonesia, Mudik di Malaysia saat Lebaran Juga jadi Sorotan
Nama belakang mereka dirahasiakan oleh komite atas permintaan para penyintas.
Pengalaman Lyubov, bersama Roman, 16 tahun, yang dipindahkan secara paksa ke Rusia dan ditempatkan bersama keluarga yang berusaha mengindoktrinasi hanyalah sebagian dari puluhan ribu insiden kejahatan yang dilakukan Rusia sejak invasi ke Ukraina tahun lalu.
Jaksa Agung Ukraina, Andriy Kostin, yang ikut bersaksi mengatakan kantornya telah mendaftarkan sekitar 80.000 insiden yang berpotensi sebagai kejahatan perang.
Hingga saat ini mereka telah menghukum sekitar 31 tentara Rusia untuk kejahatan perang di pengadilan Ukraina.
Lyubov yang bekerja sebagai akuntan, hidup di bawah pendudukan Rusia nyaris selama setahun, dan mengungkapkan ia didatangi mereka pada Januari lalu.
Berbicara melalui penerjemah, ia mengatakan tentara Rusia memaksa masuk ke riumahnya.
Mereka mengeklaim mencari senjata, dan menyita peta Ukraina, bendera Ukraina, souvenir magent dengan gambar Ukraina, dan juga koin dengan pita biru dan kuning yang merupakan simbol korban Perang Dunia II.
“Itu adalah bukti mereka untuk melawan saya,” ujarnya dilansir dari CNN.
Ia kemudian dibawah ke tempat yang disebutnya sebagai ruang penyiksaan dan ditahan selama lima hari.
Di sana ia dipukuli, dipaksa membuka baju, diiris dengan pisau dan diancam diperkosa dan dibunuh.
“Saya juga dibawa keluar lapangan dan mereka memukuli saya, dan meletakkan pistol di samping kepala saya, seperti akan mengeksekusi saya,” ujarnya.
“Mereka juga memaksa saya menggali kuburan sendiri,” kata Lyubov.
Sidang ini diadakan ketika beberapa anggota parlemen bekerja untuk menggalang dukungan berkelanjutan terhadap Ukraina, dan mendorong pemerintahan Presiden Joe Biden untuk memperkuat senjata tehadap Kiev.
“Ini lebih dari kejahatan perang, ini lebih dari kejahatan kemanusiaan,” kata Ketua Komite Michael McCaul dalam pembukaan sidang.
“Apa yang kita saksikan di Ukraina adalah genosida,” ujarnya.
Anggota republican perwakilan Texas itu menegaskan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin dan pejabat senior Kremlin telah jelas mengungkapkan keinginan untuk secara sistematis menghapus keberadaan Ukraina.
Baca Juga: Rusia Ingatkan Korsel Tidak Kirim Senjata ke Ukraina, karena Putin Juga Bisa Kirim ke Korea Utara
“Dunia bebas tak bisa duduk diam dan membiatrkan ini terjadi. Sudah di luar waktu pemerintahan ini, bersama dengan sekutu kami, memberi Ukraina senjata yang mereka butuhkan untuk menang,” katanya, merujuk pada sistem rudal jarak jauh seperti ATACMS.
Anggota Rangking DPR AS, Gregory Meeks, juga memberikan dukungannya kepada Ukraina.
“Orang Ukraina harus menghadapi semua konsekuensi dari tindakan jahat ini,” ujar Meeks.
“Itu akan bertahan seumur hidup, bekas luka, trauma,” kata perwakilan Demokrat New York.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : CNN