Tak Hanya di Indonesia, Jutaan Muslim di Dunia Dihantui Kenaikan Harga Pangan Jelang Ramadan
Kompas dunia | 22 Maret 2023, 18:18 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Jutaan muslim di berbagai penjuru dunia dibayangi kenaikan harga pangan dan kebutuhan pokok jelang dimulainya bulan Ramadan pada pekan ini. Secara umum, harga pangan dan energi di dunia meroket seiring efek pandemi Covid-19, invasi Rusia ke Ukraina, dan peristiwa-peristiwa terkait krisis iklim.
Negara-negara di Asia, Afrika, dan Timur Tengah, tiga kawasan yang ditinggali mayoritas muslim, termasuk wilayah yang paling terdampak kenaikan harga dan kekurangan pasokan kebutuhan pokok.
Program Pangan Dunia (WFP) memperkirakan 349 juta orang di 79 negara mengalami kerentanan pangan pada 2022, lebih dari 140 juta orang membutuhkan bantuan. Situasinya diproyeksikan tak jauh berbeda pada 2023.
Baca Juga: Penentuan 1 Ramadan 1444 H, Nahdlatul Ulama Ikut Keputusan Pemerintah
Kenaikan harga pangan pun memaksa jutaan keluarga mengurangi pengeluaran. "Jika Anda miskin, Anda menghabiskan lebih dari 50 persen pendapatan di makanan," kata ekonomis WFP, Friederike Greb kepada Al Jazeera.
Jelang Ramadan, penduduk di negara-negara yang terdampak kenaikan harga pun diperkirakan akan mengurangi skala perayaan bulan suci umat Islam tersebut.
Salah satu negara yang mengalami kesulitan ekonomi memasuki Ramadan adalah Suriah. 12 tahun dilanda perang saudara, ditambah gempa dan efek peristiwa-peristiwa global, lebih dari 90 persen penduduk Suriah disebut berada di bawah garis kemiskinan.
Dampak gempa yang menewaskan 50.000 orang pada Februari lalu pun diperkirakan akan memperburuk krisis biaya hidup di Suriah.
Sementara di Mesir, inflasi meroket hingga hampir mencapai 32 persen pada Februari lalu. Inflasi membuat pemerintah Mesir berupaya meredam dampaknya ke kaum rentan.
Menyambut Ramadan, pemerintah Mesir membuka bazar-bazar yang menjual bahan pangan seperti tepung, daging, dan pasta dengan harga 30 persen lebih rendah dibanding harga pasar.
Di Timur Tengah, krisis biaya hidup paling parah melanda Lebanon. Negara ini dilanda krisis ekonomi, sosial, dan politik dan diterpa inflasi hingga 123 persen pada Januari lalu.
Baca Juga: Selama Ramadan, Wali Kota Depok Ajak Warga Jaga Inflasi: Hidup Sederhana, Tak Foya-foya dengan...
Menurut yayasan American Near East Refugee Aid (ANERA) yang beroperasi di Lebanon, sekitar 80 persen penduduk negara itu tidak akan bisa belanja menu buka puasa tradisional seperti biasa.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV