> >

Balon Mata-mata China Ditembak Jatuh F-22 Raptor, Debut Pertama Menembak dengan Ketinggian Tertinggi

Kompas dunia | 6 Februari 2023, 10:11 WIB
Jatuhnya balon mata-mata China menandai debut pertama jet tempur F-22 Raptor menjatuhkan target udara sejak debutnya dalam pertempuran di Suriah dan Irak hampir satu dekade lalu (Sumber: VICE)

WASHINGTON, KOMPAS.TV – Jatuhnya balon mata-mata China menandai debut pertama jet tempur F-22 Raptor menjatuhkan target udara sejak debutnya dalam pertempuran di Suriah dan Irak hampir satu dekade lalu, kata analis pertahanan Amerika Serikat seperti laporan Bloomberg, Senin, (6/2/2023)

“Menembak jatuh balon China memang merupakan penembakan udara-ke-udara pertama F-22,” kata Rebecca Grant, spesialis sistem Angkatan Udara dan presiden dari Riset Independen IRIS, dalam email menanggapi pertanyaan.

“Orang Amerika menyaksikan pesawat yang tidak bersahabat ditembak jatuh di atas langit kita (Amerika Serikat).”

 

Publikasi pertahanan The War Zone mengatakan di situs webnya bahwa insiden itu "mungkin merupakan pembunuhan udara-ke-udara ketinggian tertinggi yang pernah ada".

F-22 terbang sekitar 58.000 kaki atau 17.678m di lepas pantai Carolina Selatan ketika menembakkan rudal AIM-9X Sidewinder ke balon yang melayang di antara 60.000 kaki atau 18.288m dan 65.000 kaki atau 19.812m, kata pejabat Pentagon hari Sabtu, (5/2/2023).

Baca Juga: Menilik Proyek Balon Mata-Mata AS, Ditargetkan Bisa Lacak Senjata Hipersonik

Jatuhnya balon mata-mata China menandai debut pertama jet tempur F-22 Raptor menjatuhkan target udara sejak debutnya dalam pertempuran di Suriah dan Irak hampir satu dekade lalu (Sumber: The Drive)

Jet F-22 Raptor yang dibangun oleh Lockheed Martin Corp, melakukan debut tempurnya pada tahun 2015, sembilan tahun setelah dianggap siap perang.

Pesawat tempur siluman yang dikenal sebagai Raptor itu digunakan terutama untuk melakukan serangan udara terpandu terhadap posisi kelompok teroris ISIS di Suriah dan Irak. 

Angkatan Udara AS menggembar-gemborkan keberhasilan F-22 dalam misi tersebut sebagai pembenaran untuk sebuah pesawat yang telah lama dikritik karena biayanya yang sangat mahal dan serangkaian kegagalan untuk menggunakannya. Pentagon menghabiskan US$67 miliar untuk membeli 187 jet supersonik F-22 Raptor.

Manuver tersebut telah memicu ketegangan baru dalam hubungan AS-China.

Kisah balon itu terjadi kurang dari tiga bulan setelah Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping setuju untuk melanjutkan pembicaraan dalam pertemuan tatap muka pertama mereka sebagai pemimpin di Bali. 

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan China menggunakan balon itu "dalam upaya untuk mengawasi situs-situs strategis di Amerika Serikat".

Pejabat AS berharap untuk mempelajari lebih lanjut tentang kemampuan balon dari operasi pemulihan yang sedang berlangsung di lepas pantai.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/Bloomberg/Straits Times


TERBARU