Murka China Kirim Balon Mata-Mata ke Langit AS, Blinken Batalkan Pertemuan dengan Xi Jinping
Kompas dunia | 4 Februari 2023, 10:15 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Antony Blinken murka China mengirim balon mata-mata ke atas negaranya.
Blinken menegaskan tindakan China tersebut tak bisa diterima dan tak bertanggung jawab.
Insiden itu juga membuat Blinken membatalkan perjalanan ke Beijing untuk bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping.
Balon udara China tersebut dilaporkan muncul di kota Billing di Montana, Rabu (1/2/2023).
Baca Juga: Balon Misterius Terbang di Atas Lokasi Penting AS, Dicurigai Perangkat Pengintaian China
Montana diketahui sebagai rumah salah satu dari tiga ladang silo rudal nuklir AS.
China sendiri mengatakan bahwa balon itu adalah pesawat cuaca yang tertiup hingga wilayah udara AS.
Namun, pihak AS tak mempercayai pernyataan pihak China, dan seorang pejabat senior Pentagon mengatakan pada Kamis (2/2/2023), bahwa obyek itu merupakan balon mata-mata yang terbang di area sensitif untuk mengumpulkan data intelijen.
Blinken mengatakan balon China yang terbang di atas AS merupakan pelanggaran kedaulatan.
“Ini tak bisa diterima dan juga merupakan aksi yang tak bertanggung jawab,” ujarnya, Jumat (3/2), dikutip dari BBC.
“Bahkan lebih tidak bertanggung jawab lagi, datang pada malam kunjungan yang telah lama direncanakan,” lanjutnya.
Baca Juga: Eks Tentara Rusia Ungkap Kengerian Penyiksaan ke Tawanan Ukraina, Tak Ada yang Berani Menentang
Blinken rencananya akan mengunjungi Beijing pada 5 hingga 6 Februari untuk melakukan pembicaraan tentang berbagai masalah, termasuk keamanan, Taiwan dan Covid-19.
Blinken pun memberitahu Diplomat senior China, Wang Yi, terkait pembatalan kunjungannya tersebut.
Sementara itu, Pentagon mengungkapkan ada balon mata-mata China lainnya yang ditemukan dan saat ini dikabarkan melintasi Amerika Latin.
Namun, tak dijelaskan di negara Amerika Latin yang mana balon mata-mata itu muncul.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : BBC