Melintasnya Komet Secara Mendadak Baru-Baru Ini Pamerkan Celah Fatal Deteksi Ancaman Luar Angkasa
Kompas dunia | 30 Januari 2023, 10:36 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Penemuan asteroid sebesar truk hanya beberapa hari sebelum melewati Bumi hari Kamis lalu, (26/1/2023), menyoroti celah fatal kemampuan dunia memprediksi hal-hal yang benar-benar dapat menyebabkan kiamat, kata para astronom seperti laporan Straits Times, Senin, (30/1/2023).
NASA selama bertahun-tahun memprioritaskan pendeteksian asteroid yang jauh lebih besar dan lebih mengancam secara eksistensial daripada asteroid 2023 BU, batuan luar angkasa kecil yang melesat sejauh 3.540 km dari permukaan bumi, yang ngerinya, lintasan komet itu lebih dekat daripada beberapa satelit. Jika menuju Bumi, itu akan hancur di atmosfer, dengan hanya fragmen kecil yang mungkin mencapai daratan.
Tapi asteroid 2023 BU berada di kelompok ukuran yang lebih kecil, asteroid berdiameter 5 hingga 50 meter, yang juga termasuk yang sebesar kolam renang Olimpiade. Objek seukuran itu sulit dideteksi sampai mereka berkeliaran lebih dekat ke Bumi, mempersulit upaya apa pun untuk bersiap menghadapi objek yang dapat berdampak pada area berpenduduk.
Probabilitas benturan Bumi oleh batuan antariksa, yang disebut meteor ketika memasuki atmosfer, dengan rentang ukuran tersebut cukup rendah, berskala sesuai dengan ukuran asteroid: batuan setinggi lima meter diperkirakan menargetkan Bumi setahun sekali, dan batu setinggi 50 meter sekali setiap seribu tahun, menurut NASA.
Tetapi dengan kemampuan saat ini, para astronom tidak dapat melihat kapan batu tersebut menargetkan Bumi hingga beberapa hari sebelumnya.
"Kami tidak tahu di mana sebagian besar asteroid yang dapat menyebabkan kerusakan lokal hingga regional," kata Terik Daly, seorang ilmuwan planet di Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins.
Meteor kira-kira berukuran 20 meter yang meledak pada tahun 2013 di atas Chelyabinsk, Rusia adalah peristiwa sekali dalam satu abad, menurut Jet Propulsion
Laboratory NASA. Itu menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan puluhan ribu jendela dan menyebabkan kerusakan senilai 33 juta Dollar AS atau sekitar 494 miliar rupiah, dan tidak ada yang melihatnya datang sebelum memasuki atmosfer bumi.
Beberapa astronom menganggap hanya mengandalkan probabilitas statistik dan perkiraan populasi asteroid sebagai risiko yang tidak perlu, padahal kemampuan NASA untuk mendeteksinya dapat diperbaiki.
“Berapa banyak bencana alam yang sebenarnya bisa kita lakukan dan cegah dengan satu miliar dolar? Tidak banyak,” kata Daly, yang pekerjaannya berfokus pada mempertahankan Bumi dari asteroid berbahaya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Straits Times