Burkina Faso Resmi Minta Prancis Tarik Pasukan, Pilih Bermitra dengan Rusia Perangi Kelompok Ekstrem
Kompas dunia | 24 Januari 2023, 05:35 WIBOUAGADOUGOU, KOMPAS.TV - Junta militer Burkina Faso secara resmi meminta Prancis menarik pasukannya keluar dari negara yang dilanda pemberontakan itu. Burkina Faso memberi waktu satu bulan bagi Prancis menarik seluruh pasukannya.
Prancis mengerahkan sekitar 400 tentara pasukan khusus di Burkina Faso yang dikuasai junta militer, tetapi hubungan memburuk dan ketegangan meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
"Kami mengakhiri perjanjian yang mengizinkan pasukan Prancis berada di Burkina Faso," kata juru bicara pemerintah Jean-Emmanuel Ouedraogo kepada Radio-Television du Burkina, seperti laporan Radio France International (RFI), Senin (23/1/2023).
Namun dia menegaskan, "Ini bukanlah akhir dari hubungan diplomatik antara Burkina Faso dan Prancis."
"Penghentian ini normal dan sudah diramalkan dalam ketentuan perjanjian," kata juru bicara itu.
"Junta dan seluruh negara ingin menjadi aktor utama dalam merebut kembali wilayah kami," katanya menggemakan seruan pemimpin kudeta Kapten Ibrahim Traore untuk merebut kembali tanah yang diduduki oleh kelompok ekstremis yang mengatasnamakan Islam.
Kantor berita negara Burkina Faso mengumumkan permintaan itu hari Sabtu malam. Seperti dikutip dari RFI, salinan surat Kementerian Luar Negeri Burkinabe itu dikirim ke Paris dan bertanggal Rabu lalu meminta untuk "mengakhiri dan menutup perjanjian secara keseluruhan".
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pihaknya sedang menunggu klarifikasi dari Ouagadougou atas permintaan penarikan pasukan tersebut.
Baca Juga: Kelompok Ekstremis Menculik Sedikitnya 50 Perempuan di Burkina Faso
'Tidak Bisa Lebih Jelas Lagi'
Dia mengeklaim ada "kebingungan besar" atas laporan tersebut dan mendesak Traore untuk mengambil sikap publik.
Juru bicara pemerintah pada hari Senin mengatakan, "Pada tahap sekarang kami tidak melihat bagaimana kami dapat membuatnya lebih jelas."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Radio France International