Inflasi Jepang Tembus 4 Persen, Pertama Sejak 1981
Kompas dunia | 20 Januari 2023, 10:22 WIBTOKYO, KOMPAS.TV – Inflasi Jepang mencapai 4 persen untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat dekade, dengan kenaikan harga lebih cepat hingga dua kali lipat dari target Bank of Japan (BOJ), dan menggarisbawahi kekuatan pertumbuhan harga, seperti laporan Bloomberg, Jumat, (20/1/2023)
Harga konsumen tidak termasuk makanan segar naik 4 persen pada Desember dibandingkan tahun sebelumnya, kata Kementerian Dalam Negeri hari Jumat, (20/1/2023). Angka tersebut merupakan inflasi yang terkuat sejak 1981.
Akselerasi pertumbuhan harga sebagian besar disebabkan oleh kenaikan lebih lanjut dalam biaya energi dan makanan olahan.
Data yang keluar hari Jumat akan menjaga harapan pasar bahwa BOJ akan segera mengakhiri kebijakan pengendalian imbal hasil dan memungkinkan suku bunga naik lebih banyak lagi, kata para analis.
BOJ mempertahankan kebijakan moneter sangat longgar hari Rabu tetapi menaikkan perkiraan inflasi dalam proyeksi triwulanan baru, karena perusahaan terus membebankan biaya bahan baku yang lebih tinggi ke rumah tangga.
Banyak pelaku pasar mengharapkan bank sentral untuk menghentikan kontrol kurva imbal hasil, sebuah kebijakan di mana ia membatasi suku bunga jangka panjang sekitar nol, ketika masa jabatan lima tahun kedua Gubernur Haruhiko Kuroda yang dovish berakhir pada bulan April.
Baca Juga: Jepang Memulai Penelitian untuk Hasilkan Energi Listrik dari Salju
Kenaikan indeks harga konsumen (CPI), yang tidak termasuk makanan segar yang mudah menguap tetapi termasuk biaya minyak, cocok dengan perkiraan pasar rata-rata dan mengikuti kenaikan tahunan 3,7 persen yang terlihat di bulan November.
Dengan demikian, kenaikan tahunan dalam CPI inti melampaui target BOJ sebesar 2 persen untuk bulan kesembilan berturut-turut.
"Tekanan inflasi sedikit meningkat, dengan kenaikan harga yang meluas melampaui harga makanan dan bahan bakar," kata Yoshiki Shinke, kepala ekonom di Dai-ichi Life Research Institute.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Straits Times/Bloomberg