Asal Muasal Pengungsi Rohingya Terdampar di Aceh: Sebulan Terkatung di Laut, Satu Kapal Diduga Karam
Kompas dunia | 27 Desember 2022, 18:01 WIBPIDIE, KOMPAS.TV - Setidaknya 185 pengungsi Rohingya terdampar di Pantai Ujong Pie, Pidie, Aceh pada Senin (26/12/2022) petang setelah berpekan-pekan terkatung-katung di lautan. Ini adalah rombongan kedua yang terdampar di Aceh usai 58 pengungsi Rohingya mendarat lebih dulu di Desa Ladong, Kabupaten Aceh Besar pada Minggu (25/12) lalu.
Para pengungsi Rohingya yang terdampar di pantai dilaporkan dalam kondisi sangat lemah dan dehidrasi. Mereka kemudian mendapat pertolongan pertama di balai desa sebelum dipindahkan ke sebuah gedung sekolah pada Senin (26/12) tengah malam.
Salah satu pengungsi, Rosyid mengaku rombongannya meninggalkan Bangladesh pada akhir November lalu dan terombang-ambing di lautan. "Setidaknya 20 dari kami mati karena gelombang tinggi dan penyakit. Mayat-mayat mereka dilempar ke laut," kata Rosyid kepada Associated Press.
Baca Juga: 185 Pengungsi Rohingya Terdampar di Aceh, Ada yang Meninggal di Perjalanan lalu Dibuang ke Laut
Chris Lewa, direktur Proyek Arakan yang berfokus berkegiatan mendukung pengungsi Rohingya, mengonfirmasi bahwa perahu yang terdampar di Ujong Pie adalah bagian dari 190 pengungsi Rohingya yang terpantau oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menaiki kapal kecil dan terkatung selama sebylan di Laut Andaman.
Meskipun demikian, perwakilan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengaku pihaknya belum bisa mengonfirmasi bahwa pengungsi yang terdampar di Aceh adalah mereka yang terkatung di Laut Andaman. UNHCR tengah membuka penyelidikan terkait kasus ini.
Menurut Lewa, Selasa (27/12), para pengungsi Rohingya di Aceh adalah bagian dari empat kelompok pengungsi yang meninggalkan Distrik Cox's Bazar, Bangladesh pada akhir November lalu. Mereka berlayar dari Bangladesh menggunakan perahu kecil, lalu dipindahkan ke empat kapal yang lebih besar.
Kata Lewa, empat kapal itu kemudian mengalami nasib yang berbeda-beda. Kelompok pengungsi yang terdampar di Aceh disebutnya sebagai kapal yang paling terakhir mendarat.
Kapal pertama diselamatkan sebuah kapal minyak Vietnam di lepas pantai Myanmar pada 8 Desember lalu. Namun, 150 pengungsi itu dikerek ke pesisir usai diberi makanan dan minuman oleh pelatu Vietnam.
Kapal kedua yang memuat 104 pengungsi diselamatkan oleh Angkatan Laut Sri Lanka pad 18 Desember. Menurut kapten kapal kedua yang diselamatkan Sri Lanka, kapal ketiga kemungkinan tenggelam.
Kapten kapal kedua dilaporkan mengirim pesan ke keluarganya yang tinggal di kamp pengungsian Cox's Bazar bahwa kapal ketiga sempat mengiriminya pesan SOS. Kapten kapal ketiga hendak mengalihkan penumpang ke kapal kedua karena kapalnya akan tenggelam.
Akan tetapi, kapten kapal kedua menolak karena kapalnya telah penuh sesak dan punya masalah mesin, berisiko menyebabkan semua orang tenggelam jika menampung lebih banyak penumpang.
"(Kapal keempat) akhirnya mendarat di bagian utara Aceh, Indonesia pada sore hari pada Senin (26/12)," kata Lewa.
Sementara itu, 58 pengungsi yang terdampar di Ladong juga dilaporkan berasal dari Cox's Bazar, Bangladesh. Mereka mengaku hendak berlayar ke Malaysia untuk bekerja di perkebunan, tetapi mesin kapal rusak hingga terdampar ke Aceh.
Baca Juga: Kelompok Etnis Rohingya Peringati 5 Tahun Terusir dari Kampung Halaman di Myanmar ke Bangladesh
Ini bukan kali pertama kabar pengungsi Rohingya terdampar di Aceh. Pada Juni 2020 sekitar seratusan orang pengungsi Rohingya dikabarkan terombang ambing di lautan, kemudian dibawa dari Desa Lancok, sekitar 15 kilometer dari Kota Lhokseumawe ke bekas kantor imigrasi untuk penampungan sementara.
Pada 26 Desember 2021, Reuters dalam laporan yang mengutip dari Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menyebutkan perahu yang berisi pengungsi Rohingya terlihat di perairan Bireuen, Aceh. UNHCR dibantu pihak berwenang kemudian menyelamatkan mereka sehari kemudian.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Purwanto
Sumber : Associated Press