Pembatasan Ketat Covid-19 China Memaksa Petani Menghancurkan Hasil Panen karena Tidak Bisa Diantar
Kompas dunia | 28 November 2022, 18:14 WIBBEIJING, KOMPAS.TV – Pengendalian Covid-19 yang ketat di China membuat petani tidak punya pilihan selain menghancurkan tanaman yang tidak bisa mereka jual lagi, memicu kekhawatiran tentang kekurangan pangan dan memicu kemarahan di media sosial.
Seperti laporan Straits Times, Senin (28/11/2022), video yang beredar online menunjukkan para petani membuang hasil panen yang sehat karena kesulitan menjual hasil panennya.
Media lokal dan pemerintah juga melaporkan ladang sayuran dihancurkan di daerah penghasil utama seperti provinsi Shandong dan Henan untuk memberi jalan bagi penanaman tanaman berikutnya.
Penghancuran makanan segar terjadi pada saat banyak orang China dikurung dan bersiap untuk kekurangan makanan dan gangguan pasokan lainnya.
Situasi tersebut mengancam terjadinya lonjakan harga makanan yang sudah tinggi, dan melemahkan dorongan Beijing untuk menjaga pasokan makanan dan menghilangkan pemborosan.
Baca Juga: Kisah Pekerja Pesan Antar Bermotor di China saat Lockdown Covid: Lelah Jiwa Raga, Pulang Tidak Bisa
Protes terhadap pembatasan Covid-19 meledak di banyak kota di China selama akhir pekan termasuk Beijing dan Shanghai. Sayuran seperti kubis Cina, lobak, dan bayam sedang dipanen di seluruh China saat ini, tetapi mereka terjebak di daerah pedesaan.
Truk dan pedagang tidak mau atau tidak bisa memasuki desa untuk mengumpulkan hasil pertanian karena kontrol lalu lintas dan perintah karantina.
Petani melaporkan kesulitan membawa sayuran ke pasar karena pembatasan Covid-19, seperti yang terjadi di pasar Xinfadi Beijing yang mengatakan sementara harga sayuran merosot, biaya eceran telah melonjak.
“Warga menginginkan makanan, petani menginginkan penghasilan, dan musim bercocok tanam tidak menunggu siapa pun,”
Petani tersebut mendesak pihak berwenang untuk mengurangi hambatan kendaraan yang mengangkut produk makanan, “sehingga sayuran segar dari ladang dapat disajikan panas di atas meja ribuan rumah tangga”.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Straits Times