Arab Saudi ke AS: Jangan Main Ancam, Pemotongan Produksi OPEC Plus Hasil Konsensus dan Murni Ekonomi
Kompas dunia | 13 Oktober 2022, 11:26 WIBKementerian mengatakan Arab Saudi "mengklarifikasi melalui konsultasi berkelanjutan dengan pemerintah AS bahwa semua analisis ekonomi menunjukkan, menunda keputusan OPEC+ selama sebulan, menurut apa yang telah disarankan, akan memiliki konsekuensi ekonomi negatif".
Ia menambahkan Arab Saudi memandang hubungannya dengan AS "sebagai hubungan yang strategis", tetapi itu harus ada sikap saling menghormati.
"Kerajaan menekankan, sementara berusaha untuk menjaga kekuatan hubungannya dengan semua negara sahabat, Arab Saudi menegaskan penolakannya terhadap setiap perintah, tindakan, atau upaya untuk mendistorsi tujuan mulia untuk melindungi ekonomi global dari volatilitas pasar minyak," kata kementerian luar negeri Arab Saudi.
Baca Juga: Pemimpin UEA Dukung Pembatasan Produksi OPEC+, Putin Sanjung Persahabatan Moskow-Abu Dhabi
Pernyataan Arab Saudi sebagian menanggapi laporan berita yang mengatakan AS dan negara-negara lain meminta OPEC+ untuk menunda keputusannya selama sebulan.
Para pejabat yang mengetahui masalah tersebut mengatakan pada saat itu, bahwa beberapa anggota OPEC+, terutama Uni Emirat Arab dan Irak, menentang pemotongan itu tetapi akhirnya setuju.
Arab Saudi berusaha untuk mengecilkan peran sentralnya, menggambarkan keputusan itu diambil secara konsensus dengan suara bulat.
Mengatasi serangan terhadap Ukraina, Arab Saudi padahal mendukung resolusi PBB yang disponsori AS, yang mengutuk serangan Rusia terhadap Ukraina.
Dukungan itu termasuk suara "ya" yang mengejutkan pada hari Rabu, (12/10/2022) yang mendukung resolusi Majelis Umum PBB yang menentang aneksasi Rusia atas empat wilayah di Ukraina timur.
“Menyelesaikan tantangan ekonomi membutuhkan dialog konstruktif yang tidak dipolitisasi, dan mempertimbangkan secara bijaksana dan rasional apa yang melayani kepentingan semua negara,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Straits Times/Bloomberg