Asteroid yang Sengaja Dihantam Wahana Luar Angkasa Berhasil Bergeser Orbitnya
Kompas dunia | 12 Oktober 2022, 09:04 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Pesawat luar angkasa yang sengaja dirancang NASA bulan lalu berhasil menghantam dan mendorong asteroid keluar dari orbit alaminya. Peristiwa ini pertama kali dalam sejarah umat manusia, berhasil mengubah gerakan benda angkasa, demikian diumumkan pejabat NASA, Selasa (11/10/2022).
Misi pembuktian konsep senilai 330 juta dollar AS, yang dikembangkan selama tujuh tahun, juga menandai uji coba pertama sistem pertahanan planet yang dirancang untuk mencegah potensi tabrakan meteorit kiamat dengan Bumi.
Temuan pengamatan teleskop yang diungkapkan pada briefing berita NASA di Washington mengkonfirmasi uji terbang DART pada 26 September mencapai tujuan utamanya: mengubah arah asteroid melalui kekuatan kinetik belaka.
Pengukuran astronomis selama dua minggu terakhir menunjukkan bahwa asteroid target terbentur sedikit lebih dekat ke asteroid induk yang lebih besar yang mengorbitnya di luar angkasa dan periode orbitnya dipersingkat 32 menit, kata para ilmuwan NASA.
"Ini adalah momen penting untuk pertahanan planet dan momen penting bagi kemanusiaan," kata kepala NASA Bill Nelson kepada wartawan saat mengumumkan hasilnya. "Rasanya seperti plot film, tapi ini bukan Hollywood."
Hantaman rudal yang ditembakkan bulan lalu, 10,9 juta km dari Bumi, dipantau secara real time dari pusat operasi misi di Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins APL di Laurel, Maryland, tempat pesawat ruang angkasa itu dirancang dan dibangun untuk NASA.
Baca Juga: Duarr, Roket Percobaan NASA Hantam Asteroid dalam Uji Coba Pertahanan Bumi
Target langit dari penerbangan DART adalah asteroid berbentuk telur bernama Dimorphos, kira-kira seukuran stadion sepak bola, yang mengorbit asteroid induk sekitar lima kali lebih besar yang disebut Didymos setiap 11 jam, 55 menit.
Tujuannya adalah untuk menerbangkan kendaraan penabrak DART yang berukuran tidak lebih besar dari lemari es, langsung ke asteroid Dimorphos dengan kecepatan sekitar 22.531 km per jam menciptakan kekuatan yang cukup untuk menggeser jalur orbit lebih dekat ke pendampingnya yang lebih besar.
Perbandingan pengukuran sebelum dan sesudah tumbukan dari pasangan Dimorphos-Didymos menunjukkan periode orbit dipersingkat menjadi 11 jam, 23 menit.
Tom Statler, ilmuwan program DART untuk NASA, mengatakan tabrakan itu juga membuat Dimorphos "sedikit goyah", tetapi pengamatan tambahan akan diperlukan untuk mengonfirmasi hal itu.
Hasilnya "menunjukkan kita mampu membelokkan asteroid yang berpotensi berbahaya dengan ukuran ini," jika ditemukan cukup baik sebelumnya, kata Lori Glaze, direktur divisi ilmu planet NASA. "Kuncinya adalah deteksi dini."
Tak satu pun dari dua asteroid yang terlibat, atau DART itu sendiri, kependekan dari Double Asteroid Redirection Test, tidak menimbulkan ancaman nyata bagi Bumi, kata para ilmuwan NASA.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Straits Times