PM Malaysia Bubarkan Parlemen, Buka Jalan Percepat Pemilu Sesuai Permintaan UMNO
Kompas dunia | 10 Oktober 2022, 17:07 WIBKUALA LUMPUR, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengumumkan akan membubarkan parlemen pada Senin (10/10/2022). Pembubaran ini membuka jalan untuk pemilihan umum Malaysia yang lebih cepat, diyakini bakal digelar awal bulan depan.
Ismail mengaku telah bertemu dengan Raja Malaysia Tengku Abdullah yang menyetujui pembubaran itu pada Minggu (9/10) lalu. PM Malaysia itu mengaku memutuskan meminta pemilu lebih cepat untuk membungkam kritikan tentang legitimasi pemerintahannya.
Pemilu Malaysia pun akan digelar sembilan bulan sebelum masa jabatan parlemen berakhir. Hal ini sesuai dengan permintaan partai Ismail, Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO).
UMNO, partai terbesar dalam koalisi pemerintah saat ini, dilaporkan berselisih dengan mitra politiknya dan menghendaki kemenangan besar tersendiri untuk partai yang juga menaungi eks PM Najib Razak itu.
“Dengan pengumuman ini, mandat akan dikembalikan kepada rakyat. Mandat rakyat adalah sebuah penawar yang kuat,” kata Ismail dalam pidato yang disiarkan televisi Malaysia sebagaimana dikutip Associated Press.
Baca Juga: Mengenal 3 Kasino Tempat Langganan Lukas Enembe Berjudi di Singapura, Malaysia dan Filipina
Komisi Pemilihan Umum Malaysia pun diperkirakan akan mengadakan rapat untuk menentukan tanggal pemilu. Pemilu mesti digelar dalam kurun 60 hari sejak parlemen dibubarkan.
Pengamat mengkritik kebijakan pemilu lebih cepat yang akan digelar ketika musim penghujan. Musim hujan di Malaysia memunculkan kerawanan banjir. Tahun lalu, banjir besar menewaskan lebih dari 50 orang dan membuat ribuan lain telantar di Malaysia.
UMNO disebut hendak memanfaatkan situasi kalangan oposisi yang sedang terpecah untuk mengamankan suara terbesar dari etnis Melayu.
“Ismail Sabri telah menyerah pada tekanan dari partainya, UMNO, menjadi PM dengan masa jabatan tersingkat dan mengantarkan negara ini ke pemilu di tengah musim banjir yang berbahaya,” kata Bridget Welsh, pakar Asia Tenggara dari Universitas Nottingham Malaysia.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Purwanto
Sumber : Associated Press