Eropa di Ambang Bencana, Inflasi Mencapai Rekor 10 Persen di 19 negara Uni Eropa yang Gunakan Euro
Kompas dunia | 30 September 2022, 23:05 WIBFRANKFURT, KOMPAS.TV — Inflasi di negara-negara Eropa yang menggunakan mata uang euro menembus dua digit karena lonjakan harga listrik dan gas alam, menandakan resesi musim dingin yang mengancam untuk salah satu ekonomi utama dunia karena harga yang lebih tinggi melemahkan daya beli konsumen.
Seperti laporan Associated Press, Jumat (30/9/2022), harga konsumen di 19 negara zona euro naik sebesar 10 persen pada bulan September dari tahun sebelumnya, naik dari 9,1 persen secara tahunan pada bulan Agustus, kata badan statistik Uni Eropa Eurostat hari Jumat. Hanya setahun yang lalu, inflasi serendah 3,4 persen.
Kenaikan harga melampaui apa yang diperkirakan analis pasar dan berada pada level tertinggi sejak pencatatan euro dimulai pada 1997.
Harga energi adalah penyebab utama, naik 40,8 persen lebih dari setahun yang lalu. Harga makanan, alkohol, dan tembakau melonjak 11,8 persen.
"Saya sudah mencari lebih banyak harga miring," kata Myriam Maierhofer, 64 tahun pelatih pengembangan staf, yang berbelanja di pasar luar ruangan, Cologne, Jerman.
"Saya tidak lagi membuang-buang makanan, jadi saya menjadi lebih hemat dengan makanan. Dan pagi ini, saya juga mematikan pemanas di kamar."
Inflasi didorong pengurangan pasokan gas alam dari Rusia dan hambatan dalam mendapatkan pasokan bahan baku dan suku cadang karena ekonomi global bangkit kembali dari pandemi Covid-19.
Baca Juga: Lima Resesi dan Krisis Ekonomi Terbesar dalam Sepanjang Sejarah
Pemotongan suplai gas Rusia membuat harga gas melonjak ke titik, di mana bisnis padat energi seperti pupuk dan baja, tidak dapat lagi menghasilkan keuntungan untuk beberapa produk.
Sementara itu, tingginya harga untuk tagihan listrik, makanan dan bahan bakar membuat konsumen tidak punya uang untuk dibelanjakan untuk hal-hal lain.
Itulah alasan utama para ekonom memperkirakan resesi, atau penurunan aktivitas ekonomi yang parah dan berlangsung lama, untuk akhir tahun ini dan bulan-bulan pertama tahun depan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press