Rusia Gawat, Kehabisan Senjata sebelum Akhir Tahun karena Perang Ukraina
Krisis rusia ukraina | 1 September 2022, 14:38 WIBRIGA, KOMPAS.TV - Rusia diyakini dalam keadaan gawat akibat pasukan Vladimir Putin kehabisan persenjataan di Ukraina sebelum akhir tahun.
Pertempurannya dengan pasukan Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia disebut sebagai penyebab semakin menipisnya senjata artileri dan kendaraan lapis baja.
Kondisi itu yang diperkirakan bakal membuat habisnya kemampuan Rusia untuk melakukan serangan udara dan pasokan peluru kendali pada akhir tahun.
Keadaan tersebut berdasarkan laporan dari media berbasis di Latvia, Insider, Selasa (30/8/2022).
Baca Juga: Putin Diminta Lenyapkan Zelenskyy, Tujuan Utama Operasi Militer Rusia Disebut Akan Berubah
Habisnya persenjataan pada akhir tahun ini dipicu pula oleh ketidakmampuan mengisi kembali senjata, serta tingkat penembakan yang tinggi.
Hal itu akan membangun serangkaian salah langkah publik oleh militer, yang mencakup kerugian ribuan kendaraan dan menggunungnya korban.
“Terputusnya pasokan perlengkapan Barat, suku cadang, material dan pada saat yang sama terbatas dalam hal sumber daya manusia dan produktivitas tenaga kerja, produsen artileri dan amunisi Rusia pasti akan menghadapi masa mendatang yang tak terlihat, dengan banyak stagnasi seperti pengurangan produksi,” bunyi laporan Insider dikutip dari Newsweek.
“Tidak menutup kemungkinan pada 2022-2023, mereka masih mampu mempertahankan tingkat produksi yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, namun di tahun berikutnya, penurunan tak dapat dihindari.”
Ini bukan pertama kalinya muncul laporan yang mengatakan bahwa isi gudang senjata Rusia mengalami penurunan.
Baca Juga: Peringatan Panglima Militer Jerman: Rusia Berpeluang Buka Palagan Perang Kedua di Ukraina
Pada Maret lalu, Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan mereka yakin pasukan Rusia mengalami masalah pasokan senjata.
Pada beberapa pekan terakhir, pejabat intelijen Eropa mengungkapkan, Rusia mulai melakukan impor pasukan dari sumber lain.
Pada akhir Juli, Bloomberg melaporkan sebuah kapal perdagangan berbasis di Suriah, yang tengah disanksi AS melewati Selat Bosphorus.
Kapal itu dilaporkan membawa kendaraan militer yang akan digunakan Rusia untuk meningkatkan usahanya dalam peperangan.
Penulis : Haryo Jati Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Newsweek