> >

Ukraina Tuduh Rusia Kirim Paksa 1.000 Anak-Anak Mariupol ke Siberia untuk Adopsi Ilegal

Krisis rusia ukraina | 24 Agustus 2022, 21:45 WIB
Ilustrasi. Seorang anak Ukraina membentangkan bendera nasionalnya di tengah aksi demonstrasi menentang invasi Rusia oleh pengungsi Ukraina di Bukares, Rumania, 23 Juli 2022. Pada Selasa (23/8/2022), Kementerian Luar Negeri Ukraina menuduh Rusia mengorganisasi adopsi massal ilegal anak-anak Ukraina dari wilayah-wilayah yang diduduki pasukan Rusia. (Sumber: Vadim Ghirda/Associated Press)

KIEV, KOMPAS.TV - Kementerian Luar Negeri Ukraina menuduh Rusia mengorganisasi adopsi massal ilegal anak-anak Ukraina dari wilayah-wilayah yang diduduki pasukan Rusia.

Kiev mengeklaim, lebih dari 1.000 anak-anak di Mariupol, kota pelabuhan yang direbut Rusia per akhri Mei 2022, dikirim paksa ke Siberia.

“Federasi Rusia terus menculik anak-anak dari wilayah Ukraina dan mengatur adopsi ilegal mereka oleh warga negara Rusia,” demikian tulis pernyataaan Kementerian Luar Negeri Ukraina dikutip The Guardian, Selasa (23/8/2022).

Baca Juga: Hari Kemerdekaan Ukraina 2022: Tiada Libur di Medan Perang, Perayaan Dibayangi Sirene Serangan Udara

“Lebih dari 1.000 anak-anak dari Mariupol secara ilegal dipindahkan ke tangan orang asing di Tyumen, Irkutsk, Kemerovo, dan Krai Altai,” lanjut pernyataan itu.

Daerah-daerah tersebut terletak di Siberia, dataran luas yang mencakup hampir seluruh wilayah Asia Utara.

Isu deportasi paksa warga Ukraina ke Rusia sendiri telah digaungkan Kiev sejak awal-awal invasi. 

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengaku pernyataannya berdasarkan temuan yang berasal dari otoritas setempat di Kransodar, kota di selatan Rusia yang terletak dekat perbatasan Ukraina.

Kiev mengeklaim, lebih dari 300 anak-anak Ukraina “ditahan di sebuah institusi khusus” di daerah Kransodar.

Kiev pun menuduh tindakan Rusia ini “jelas melanggar Konvensi Jenewa 1949” yang menetapkan perlakuan terhadap kemanusiaan pada masa perang serta melaggara Konvensi Hak-Hak Anak PBB.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : The Guardian


TERBARU