> >

Hanya Sedikit Hasil dari Pembicaraan Tingkat Tinggi Turki, Ukraina dan PBB

Kompas dunia | 19 Agustus 2022, 05:30 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, tengah, menyaksikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kiri, dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berjabat tangan setelah pertemuan mereka di Lviv (Sumber: AP Photo/Evgeniy Maloletka)

LVIV, KOMPAS.TV — Pemimpin Turki Recep Tayyip Erdogan dan Sekjen PBB Antonio Guterres bertemu di Ukraina dengan Presiden Volodymr Zelenskyy hari Kamis, (18/8/2022) dalam upaya tingkat tinggi untuk meredakan perang yang berkecamuk selama hampir enam bulan seperti laporan Associated Press, Jumat, (19/8/2022).

Pertemuan tersebut dilaporkan hanya menghasilkan sedikit kemajuan.

Presiden Turki  mengatakan dia akan menindaklanjuti dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, mengingat bahwa sebagian besar hal yang dibahas akan memerlukan kata sepakat dari Kremlin.

Pembicaraan tiga sisi itu adalah kunjungan pertama Erdogan ke Ukraina sejak perang dimulai, dan yang kedua oleh Sekjen PBB.

Sekretaris Jenderal PBB mengharapkan terobosan setidaknya pada isu-isu tertentu, jika tidak menuju perdamaian secara keseluruhan. Tapi tidak ada yang terlihat.

Pada pertemuan di kota barat Lviv yang jauh dari garis depan, para pemimpin membahas hal-hal seperti memperluas pertukaran tawanan perang dan mengatur ahli energi nuklir PBB untuk datang dan membantu mengamankan pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, yang berada di tengah pusaran pertempuran sengit sehingga menimbulkan ketakutan akan bencana.

Erdogan memposisikan dirinya sebagai perantara dalam upaya untuk menghentikan pertempuran.

Baca Juga: Republik Donetsk yang Memerdekakan Diri dari Ukraina Desak Kerja Sama dengan Korea Utara

Kapal kargo berbendera Sierra Leone Razoni berlayar di bawah Jembatan Yavuz Sultan Selim setelah diperiksa oleh pejabat Rusia, Ukraina, Turki, dan PBB di pintu masuk Selat Bosphorus di Istanbul, Turki, Rabu, 3 Agustus 2022 (Sumber: AP Photo/Emrah Gurel)

Sementara Turki adalah anggota NATO, ekonominya yang goyah bergantung pada Rusia untuk perdagangan, dan mencoba mengarahkan jalan tengah antara kedua pihak yang saling berperang.

Presiden Turki usai pembicaraan mendesak masyarakat internasional tidak meninggalkan upaya diplomatik untuk mengakhiri perang yang telah menewaskan puluhan ribu dan memaksa lebih dari 10 juta warga Ukraina pergi dari rumah mereka.

Dia mengulangi bahwa Turki bersedia bertindak sebagai "penengah dan fasilitator" dan menambahkan, "Saya tetap yakin perang akan berakhir di meja perundingan."

Pada bulan Maret, Turki menjadi tuan rumah pembicaraan di Istanbul antara negosiator Rusia dan Ukraina, tetapi upaya untuk mengakhiri permusuhan gagal.

Di medan perang, sementara itu, sedikitnya 17 orang tewas semalam dalam serangan rudal berat Rusia di wilayah Kharkiv Ukraina, pihak berwenang Ukraina mengatakan Kamis.

Militer Rusia mengklaim mereka menyerang pangkalan tentara bayaran asing di Kharkiv, menewaskan 90 orang. Tidak ada komentar langsung dari pihak Ukraina.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU