> >

Wayang Kulit Berbahasa Jerman Mulai Pentas Swiss

Kompas dunia | 13 Agustus 2022, 04:50 WIB
Ki Dalang Sigit Susanto memainkan wayang kulit dengan bahasa Jerman di belakang Cafe BauHutte. (Sumber: Krisna Diantha/Kompas TV)

ZUG, KOMPAS.TV - Zug bukan Surakarta. Swiss juga bukan Indonesia. Di sini, di provinsi terkaya di Heidiland, wayang kulit tidak dimainkan malam hari. Tapi di siang bolong, di sebuah taman, dan ringkas.

"Semua disesuaikan dengan kondisi setempat," kata Sigit Susanto, satu satunya dalang wayang kulit berbahasa Jerman di Eropa.

Maka, Rabu (8/8/2022) siang itu, halaman belakang Cafe BauHutte, Zug, Swiss, ada perubahan mendadak. Beranda belakang itu kafe itu, dipasang panggung dadakan untuk main wayang kulit. Kursi yang semula menghadap meja bundar, di arahkan ke panggung.

Pengunjung tidak lagi hanya menikmati kopi, tapi juga ini, pagelaran wayang kulit Ramayana dan Dewa Ruci. "Masing -asing lakon saya ringkas jadi 20 menit," imbuh Sigit.

Musiknya dari telepon pintar, layarnya juga tidak ada. Batang pisang, sebagai penancap wayang kulit, diganti jerami. "Pohon pisang, pohon langka di sini," tegas Sigit. Mengorbankan pohon pisang sebagai tancapan wayang kulit, bisa membuat publik Swiss jengah.

Wayangnya juga tidak selengkap pagelaran wayang kulit di tanah air. Namun semua tokoh lakon Sinta Obong dalam epos Ramayana, tersedia. Termasuk kijang kencana, binatang jadi-jadian yang menggoda Dewi Sinta.

"Itu pun pinjam sana sini. Ada juga pinjaman dari KJRI Frankfurt. Ada pula dari KBRI Bern," tambah laki-laki kelahiran Boja, Kendal, Jawa Tengah ini. Pinjaman dari beberapa teman, imbuh Sigit, juga datang.

Kesederhanaan itu tidak mengurangi perhatian sedikitnya 50 pengunjung Cafe BauHutte. Sesekali mereka tertawa, ketika Ki Dalang Sigit Susanto mengungkapkan keinginan seorang raksasa yang nafsu memakan daging manusia. Atau terkejut saat Sigit menirukan suara kera putih Hanoman.

Media lokal mewawancarai Ki Dalang Sigit Susanto usai gelaran wayang kulit berbahasa Jerman. (Sumber: Krisna Diantha/Kompas TV)

Media lokal juga tertarik dengan wayang kulit ala Sigit. Terlihat ada televisi setempat yang mewawancarainya.

"Saya pernah melihat wayang kulit di Vietnam. Tapi apa yang dibawakan Sigit, tetap paling menarik. Ada lucunya juga," kata Linda, salah satu penonton.

Penulis : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU