Indonesian Paper: Saran Indonesia untuk Kontroversi Kapal Selam Nuklir dan Komitmen Non-proliferasi
Kompas dunia | 4 Agustus 2022, 04:40 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia mengirim usulan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai kontroversi pengembangan kapal selam bertenaga nuklir. Indonesia mengajukan proposal yang disebut Indonesian Paper dengan judul "Propulsi Nuklir Angkatan Laut".
Kertas kerja itu berisi 14 poin yang meliputi gagasan, pernyataan, dan saran guna memperbarui perjanjian anti-nuklir dunia (Traktat NPT) sesuai kondisi terkini.
Menurut rilis Perutusan Tetap RI untuk PBB yang diterima Antara, Rabu (3/8/2022), kertas kerja itu turut menekankan risiko program kapal selam nuklir dan perlunya mekanisme pengaturannya.
Baca Juga: Media Australia Sebut Working Paper Indonesia Terkait dengan Pakta Militer AUKUS (VI)
“Paper tersebut juga dimaksudkan untuk membangun kesadaran tentang potensi risiko program tersebut serta perlunya pengaturan mekanisme pelaporan dan pengawasannya,” demikian keterangan Perutusan Tetap RI untuk PBB.
Proposal Indonesian Paper diajukan ke Konferensi Peninjauan Traktat Non-proliferasi Nuklir (NPT RevCon) ke-10. Konferensi ini berlangsung di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat (AS) pada 1-26 Agustus 2022.
NPT RevCon sendiri merupakan pertemuan tingkat tinggi untuk mengkaji ulang pelaksanaan NPT yang dilakukan secara berkala setiap lima tahun sekali sejak 1975.
Baca Juga: Ada Celah dalam Traktat Nonproliferasi Nuklir, Indonesia Kirim Working Paper ke PBB (IV)
Terkait komitmen non-proliferasi nuklir, Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI Tri Tharyat menyerukan pemusnahan senjata nuklir secepatnya karena menjadi ancaman serius bagi umat manusia.
“Selama 52 tahun, NPT telah menjadi jangkar dalam upaya pelucutan senjata nuklir dan non-proliferasi. Dunia menanti negara-negara pemilik senjata nuklir untuk menjalankan langkah-langkah efektif guna mencapai pelucutan senjata,” kata Tri pada Selasa (2/8) lalu.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Antara