Mahkamah Agung Rusia Tetapkan Resimen Azov sebagai Organisasi Teroris, Tawanan Ukraina Terancam
Krisis rusia ukraina | 3 Agustus 2022, 16:24 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Mahkamah Agung Federasi Rusia menetapkan Resimen Azov Ukraina sebagai organisasi teroris pada Selasa (2/8/2022). Penetapan ini dapat berujung tambahan jerat pasal terorisme kepada personel resimen tersebut yang kini ditahan Moskow.
Rusia dan separatis Ukraina diketahui menahan sekitar 1.000 personel Resimen Azov. Kebanyakan di antaranya menyerah secara massal di pabrik baja Azovstal, Mariupol pada pertengahan Mei lalu.
Pengadilan Rusia sendiri telah membuka perkara terhadap mereka, menuduh mereka membunuhi warga sipil. Tambahan pasal terorisme dapat membuat hukuman ke para terdakwa Resimen Azov lebih panjang dan hak-hak mereka sebagai tahanan dipangkas.
Di Rusia, seorang pemimpin organisasi teroris dapat dihukum 15-20 tahun penjara. Sedangkan anggota kelompok teroris dapat dihukum 5-10 tahun penjara.
Menurut pantauan Associated Press, Selasa (2/8), pihak Mahkamah Agung membuka akses sidang bagi jurnalis ketika para saksi memberikan testimoni yang mendukung penetapan Resimen Azov sebagai organisasi teroris tersebut.
Baca Juga: Kedubes Rusia Sebut Pasukan Batalion Azov Pantas Mati Memalukan, Ukraina: Rusia Negara Teroris
Akan tetapi, sebagian besar sidang berlangsung tertutup, sehingga tidak diketahui adakah testimoni yang menentang penetapan itu.
“Saya dapat bersaksi bahwa penembak jitu Ukraina, penembak jitu Azov, benar-benar menembak para warga sipil yang berupaya kabur dari kota (Mariupol),” demikian kesaksian Marina Akhmedova dari Dewan Presidensial untuk Pembinaan Masyarakat Sipil dan Hak Asasi Manusia Federasi Rusia.
“Saya melihat mayat-mayat terbaring di jalanan dengan mata kepala saya sendiri. Mereka ada banyak, dan mereka terbaring mungkin berjarak 10 meter satu sama lain. Tidak ada kawah artileri di samping mereka,” lanjutnya.
Resimen Azov sendiri telah merilis pernyataan yang mengecam putusan Mahkamah Agung Rusia tersebut. Azov menuduh Kremlin “mencari-cari alasan dan penjelasan baru untuk kejahatan perang mereka.”
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press